» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Pop Culture
Enola Holmes dan Misteri Pertamanya
13 Januari 2021 | Pop Culture | Dibaca 2580 kali
Enola Holmes dan Misteri Pertamanya: sumber: Foto: The Verge
Para penggemar petualangan detektif dihebohkan dengan perilisan film “Enola Holmes” di situs Netflix. Film ini menceritakan tentang petualangan adik perempuan dari Sherlock Holmes, seorang detektif yang namanya tidak asing lagi bagi banyak orang. Dalam film ini, Enola yang baru saja berusia 16 tahun memulai perjalanannya sebagai seorang detektif untuk memecahkan misteri ibunya yang hilang.

Nama Sherlock Holmes tentu tidak asing lagi ditelinga para penggemar novel-novel fiksi. Seri novel tersebut pertama kali ditulis pada tahun 1892 oleh Arthur Conan Doyle. Berkat popularitasnya, serangkaian novel Sherlock Holmes telah diadaptasi ke berbagai bentuk film layar lebar maupun serial televisi.

Kisah-kisah Sherlock Holmes menyajikan banyak petualangan ala detektif dalam memecahkan suatu misteri. Namun, artikel ini tidak lagi fokus terhadap kehidupan sang detektif terkenal, melainkan pada kisah adik perempuannya, Enola Holmes.

Kisah mengenai petualangan adik dari Sherlock Holmes ini pertama kali diangkat dalam bentuk film yang berdurasi sekitar 2 jam 1 menit oleh salah satu penyedia layanan media streaming digital, Netflix. Jalan cerita yang menjadi landasan film “Enola Holmes” sebelumnya telah tertuang dalam seri novel The Enola Holmes Mysteries karangan Nancy Springer.

Millie Bobby Brown, seorang aktris berkebangsaan Inggris berusia 16 tahun, dipilih untuk memerankan Enola. Dalam film ini, Brown beradu akting dengan beberapa aktor dan aktris senior lainnya seperti Helena Bonham-Carter, Sam Claflin, serta Henry Cavill, yang tidak lain berperan sebagai Sherlock Holmes. Film garapan sutradara bernama Harry Bradbeer ini resmi dirilis di situs Netflix pada tanggal 23 September 2020.

Sinopsis

Enola Holmes merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya meninggal sejak ia masih belia, sedangkan kedua kakaknya, Mycroft dan Sherlock, telah pergi merantau untuk mengurus kehidupannya masing-masing. Hal ini menyebabkan Enola hanya tumbuh dan tinggal berdua di Ferndell Hall bersama ibunya, Eudoria Holmes. Walaupun begitu, Enola sangat menikmati hari-hari


bersama Ibunya yang juga berperan sebagai guru pribadinya.

Petualangan si bungsu Holmes bermula pada bulan Juli tepatnya pada hari ulang tahunnya ke-16. Saat bangun tidur, Enola menemukan bahwa ibunya tidak ada di rumah dan hanya meninggalkan sebuah kado berpita ungu untuknya. Berhari-hari kemudian, ibunya tidak kunjung kembali dari kepergiannya sehingga Enola memutuskan untuk memanggil kedua kakaknya, Mycroft dan Sherlock, untuk membantunya.

Diluar ekspektasinya, Mycroft justru merasa Enola tidak mencerminkan sifat perempuan terhormat sehingga memaksanya untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kepribadian Nona Harrison. Karena tidak mendapat jawaban yang diharapkan, Enola memutuskan mencari ibunya sendiri sekaligus kabur dari paksaan Mycroft ke London.

Dalam perjalanannya, Enola bertemu dengan Viscount Tewkesbury, seorang bangsawan muda yang (juga) tengah kabur dari paksaan keluarganya. Pertemuannya dengan Tewkesbury yang sangat tidak terduga menuntunnya ke misteri lain yang menunggu untuk dipecahkan.

Enola Mematahkan Stereotip Gender pada Zaman Victoria

Film “Enola Holmes” mengambil latar tahun sekitar zaman Victoria. Pada masa itu, kaum perempuan masih terikat dengan standar sosial bahwa peran perempuan hanyalah menikah dan mengurus anak.

Dalam era tersebut, mayoritas perempuan yang mengenyam pendidikan formal hanya diajari tentang cara menjadi perempuan yang diterima oleh masyarakat. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dipelajari Enola seumur hidupnya.

Melalui ibunya, Enola mengetahui berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang tidak umum bagi remaja perempuan seusianya, seperti jujutsu, sains, tenis, catur, serta hal lain yang terkesan maskulin.

Layaknya film-film lain tentang gadis remaja, dalam film ini, Enola digambarkan cukup ‘membangkang’ terhadap norma-norma sosial yang berlaku pada masa itu. Enola merasa tidak nyaman mengenakan sarung tangan dan topi seperti yang biasa perempuan di zamannya kenakan, melainkan ia lebih memilih untuk mengenakan pakaian ala detektif milik Sherlock saat masih kecil.

Terdapat adegan di mana Enola dan Tewkesbury sedang berusaha bertahan hidup di padang rumput yang luas setelah mereka berdua lompat dari kereta api. Dalam adegan itu, Enola memilih untuk mengasah mata pisau, sementara Tewkesbury, pada lain sisi, lebih memilih untuk memasak makan malam untuk mereka berdua.

Adegan tersebut berbanding terbalik dengan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, di mana yang terbiasa digambarkan oleh konstruksi sosial masyarakat adalah laki-laki memiliki tugas yang mengandalkan kekuatan serta kecepatan, sedangkan perempuan memiliki tugas yang dianggap ‘ringan’ seperti memasak dan mengasuh.

Mengingat film tersebut berlatar pada tahun 1884, isu yang diangkat secara implisit adalah UU Reformasi. Salah satu poin yang digaris bawahi adalah Enola dan ibunya, Eudoria, memperjuangkan hak pilih kaum perempuan. Karakter Enola yang digambarkan sebagai sosok gadis yang cerdas, kuat, dan mandiri direfleksikan sepanjang film. Kegigihan Enola dalam mengungkap serta menyuarakan kebenaran dapat dijadikan sebagai simbol kebangkitan perempuan. Beberapa adegan, seperti saat Enola menyelamatkan Tewkesbury dari kereta api menyiratkan keberanian seorang perempuan yang jarang ditemukan pada era tersebut.

Kontroversi dibalik Petualangan Enola Holmes

Sebelum perilisannya, film “Enola Holmes” telah mendapat kritik dari ahli waris Arthur Conan Doyle, penulis seri novel Sherlock Holmes. Sebuah gugatan hukum dilayangkan pihak Doyle terhadap pihak produsen film tidak terkecuali sang sutradara, Harry Bradbeer. Pihak Doyle mengklaim bahwa terdapat pelanggaran hak cipta dari elemen-elemen karakter yang ada dalam film tersebut.

Pasalnya, film “Enola Holmes” didasarkan pada seri novel karangan Nancy Springer. Dalam novelnya, Springer menampilkan banyak elemen dari novel Sherlock Holmes karangan Doyle. Sayangnya, elemen-elemen tersebut tidak dilindungi oleh hak cipta sehingga rawan terjadi pelanggaran.

Selain itu, perubahan karakter Sherlock di film ini juga menjadi perdebatan. Melansir pihak Doyle, Sherlock seharusnya memiliki sifat penyendiri dan tidak emosional.

Walaupun menuai kritik, film “Enola Holmes” ini mendapat berbagai review positif dari para kritikus film. Dalam situs Rotten Tomatoes, film ini mendapat rating yang cukup tinggi yaitu sebesar 91%.

 

Penulis: Ariel Syalia Prananda 

 

Referensi

Nuraini, H. A. (2020, November 11). Menilik Kebangkitan Perempuan dalam Film Enola Holmes. Dipetik melalui tirto.id: https://tirto.id/menilik-kebangkitan-perempuan-dalam-film-enola-holmes-f6zd. Diakses pada 11 Januari 2020.

Stolworthy, J. (2020, June 24). Enola Holmes: Arthur Conan Doyle’s estate sues Netflix over film about Sherlock Holmes’ younger sister. Dipetik melalui Independent.co.uk: https://www.independent.co.uk/arts-entertainment/films/news/sherlock-holmes-netflix-film-sue-lawsuit-arthur-conan-doyle-estate-a9583976.html. Diakses pada 11 Januari 2020.


TAG#film  #gagasan  #gender  #