» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Mild Report
Perjalanan Tiga Rezim Sidarto Danusubroto
29 Desember 2020 | Mild Report | Dibaca 1835 kali
Perjalanan Tiga Rezim Sidarto Danusubroto: - Foto: news.detik.com
Sidarto Danusubroto merupakan salah satu orang yang beruntung karena dapat menyaksikan perjalanan bangsa Indonesia di tiga rezim pemerintahan. Perjalanan kariernya dimulai saat menjadi ajudan Bung Karno hingga saat ini menjadi Wantimpres Joko Widodo. Sebagai abdi negara terlama, Sidarto dianugrahi penghargaan Rekor MURI sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa Indonesia.

retorika.id-Mengarungi kehidupan di tiga rezim pemerintahan merupakan anugrah bagi Sidarto Danusubroto, karena telah diberi umur panjang untuk menyaksikan perjalanan bangsa Indonesia dari era Orde Lama, Orde baru dan Reformasi yang sarat dengan ujian dan tantangan. 

Sidarto Danusubroto tidak hanya menjadi penonton dalam momen penting yang bersejarah di negeri ini, namun juga turut menjadi pelaku sejarah di tiga rezim. Loyalitasnya sangat tingi terhadap Indonesia dan pengabdiannya tidak perlu diragukan lagi. 

Menariknya, Sidarto tetap eksis dan seakan tidak ada matinya. Sekitar setengah abad Sidarto telah mengawal negara republik Indonesia terhitung mulai dari kepemimpinan Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo.

Pengalamannya bersama Bung Karno pada era Orde Lama dijadikan sebagai bekal untuk berselancar dari waktu ke waktu. Semasa perjalanan kariernya Sidarto dikenal sebagai sosok teladan bagi pemimpin masa kini dan masa depan bangsa, seorang guru bangsa sekaligus sang negarawan . 

Jalan Hidup Opa Darto

Tidak ada seorang pun yang dapat menolak atau menghindar dari sebuah perubahan karena perubahan adalah sebuah keniscayaan,tulis Sidarto.

Tidak ada yang berhenti dalam hidup, sejarah telah membuktikan bahwa kehidupan terus berjalan dan perubahan adalah sebuah tantangan bagi negara yang harus dihadapi. Selama perjalaan hidupnya, Sidarto telah menghibahkan sebagian besar waktunya untuk masyarakat, bangsa dan negara dengan segala dinamika kehidupan yang menyambutnya. 

Sebagai seorang polisi dan politisi, Sidarto mengedepankan prinsip kebenaran dibandingkan jabatannya. Sesuai dengan pepatah jawa Agama Ageming Aji, Sidarto menjadikan agama sebagai sebuah fondasi untuk menghadapi gelombang kehidupan.

Semangat menuju perubahan yang lebih baik terus


berkobar, dengan bekal spiritualitas Sidarto tidak pernah berhenti berjuang untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik yang disebutnya sebagai sebuah keniscayaan.

Sang Soekarnois 

Man Totet den Geist Nicht artinya jiwa, ide, ideologi, semangat, tidak dapat dibunuh. Pesan Bung Karno sangat membekas untuk Sidarto dan dijadikan sebagai semangat untuk mengarungi tiga rezim. Pengalaman berharga baginya adalah ketika mendampingi Bung Karno disisa jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Sebagai Ajudan dari founding fathers Indonesia menjadi sebuah tantangan bagi Sidarto, sebab pada saat itu banyak sekali pihak yang ingin menjatuhkan Presiden Soekarno. Sidarto telah menjadi saksi buruk tindakan pemerintah yang membatasi ruang gerak Presiden Soekarno.

Seringkali Sidarto mendapatkan pandangan sinis karena dianggap sebagai orangnya Bung Karno, banyak tekanan psikologis dan politik saat dia menjabat sebagai ajudan Bung Karno. Apalagi saat itu Bung Karno mendapat tuduhan terlibat dalam G30S/PKI karena kedekatannya dengan tokoh-tokoh PKI.

Sebagai ajudan yang melewati masa sulit dan menjadi saksi hidup Bung Karno, Sidarto bertekat ingin meluruskan sejarah bahwa Bung Karno tidak melakukan penghianatan terhadap negeri ini, mengingat bahwa Bung Karno mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Pejuang Kemanusiaan 

Tragedi bangsa yang memilukan pada tahun 1965 dan adanya perlakuan sewenang-wenang terhadap founding fathers menggugah rasa kebangsaan Sidarto. Atas nama stabilitas keamanan pula pada Orde Baru pemerintah melakukan penembakan misterius (petrus), penghilangan paksa dan berbagai aksi represif lainnya.

Meski Sidarto adalah alat pemerintah pada waktu itu, tetapi Sidarto dengan tegas menolak aksi-aksi tersebut, atas nama kemanusiaan dan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Dengan memegang teguh prinsip yang selama ini menjadi jalan hidupnya, Sidarto berani melawan arus untuk membela kebenaran dan kebaikan bersama. 

Ketika Soeharto digulingkan oleh gerakan massa pada 1998, Sidarto melanjutkan perjuangan Bung Karno dengan berkecimpung di dunia politik. Sebagai bentuk kesetiaannya terhadap Bung Karno, Sidarto akan terus mempertahankan ideologi kejuangannya,

Saat menjadi anggota DPR, Sidarto turut merintis pembentukan UU Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk meluruskan sejarah yang telah diselewengkan. Sehingga jasa Bung Karno dalam membangun negara Indonesia dapat ditempatkan kembali pada posisi sejarah bangsa yang sesungguhnya.

Bekerja Bersama Tujuh Presiden 

Melintasi tiga rezim dengan karakter yang berbeda dari masing-masing presiden yang memimpin negeri ini merupakan tantangan bagi Sidarto, pengabdiannya dimulai ketika menjadi ajudan Bung Karno hingga berhasil menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Joko Widodo.

Sidarto adalah ajudan terakhir Bung Karno sebelum pergantian rezim ke Orde Baru. Setelah Bung Karno mundur dari jabatannya, Sidarto mengalami introgasi politik hingga nyaris mengakhiri kariernya di kepolisian. Namun Sidarto berhasil melalui masa-masa sulitnya, dan akhirnya dipercaya menjabat sebagai Kapolda di Sumbagsel dan Jawa Barat.

Karier politiknya pun dimulai ketika pensiunan purnawirawan bintang dua ini memutuskan untuk terjun ke dunia politik bergabung dengan PDIP, selama tiga periode berturut- turut Sidarto berhasil menjadi anggota DPR-RI mulai dari tahun 1999-2014. Hingga Sidarto ditunjuk untuk menempati kursi Ketua MPR menggantikan almarhum Taufiq Kiemas. Kini, Sidarto telah menjabat sebagai anggota Watimpres Joko Widodo.

Selama menjadi abdi negara dan bekerja bersama ketujuh presiden, Sidarto mengenal masing-masing presiden mulai dari Soekarno sebagai presiden pertama dan proklamator kemerdekaan, Soeharto yang lebih mengutamakan pembangunan dan terciptanya stabilitas keamanan, B.J Abdurahman Wahid dikenal sebagai pembuka kran kebebasan.

Selanjutnya Megawati yang merupakan putri dari Bung Karno dikenal sebagai ibu demokrasi, Susilo Bambang Yudhoyono dikenal sebagai presiden yang santun dan cerdas, yang terakhir Joko Widodo dikenal sebagai presiden yang merakyat.

Penghargaan Sebagai Abdi Negara 

Perjalan panjang Sidarto dalam mengawal negeri ini membuatnya mampu merasakan energi rakyat, puluhan tahun hidupnya telah ditempa bersama ketujuh Presiden Republik Indonesia patut untuk diapresiasi. 

Semangat Sidarto dalam mengawal perubahan negara ini dengan usia yang terbilang tidak lagi muda patut dijadikan sebagai teladan. 

Sidarto terkenal tidak hanya sebagai politisi tetapi juga negarawan yang berani memperjuangkan keutuhan bangsa dengan sikap yang dipayungi ideologi kebangsaan. Hal tersebut tampak jelas ketika menjabat sebagai seorang politisi, polisi, Ketua MPR dan Wantimpres

Menjadi abdi negara terlama selama 56 tahun, Sidarto mendapatkan penghargaan rekor MURI sebagai wujud atas rasa kehormatan dan kebanggaan Indonesia terhadap perjuangannya sebagai abdi negara.

Penghargaan yang ditandatangani oleh Jaya Supratna selaku pendiri MURI diserahkan secara simbolik oleh Direktur Senior Muri, Yusuf Ngadri di Audiotorium Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kepada Sidarto di Jakarta (27/8/20)

 

Penulis: Dina Marga

Editor: Uyun Lissa F

 

Referensi:

Danusubroto, Sidarto. 2016. Jalan Terjal Perubahan: Dari Ajudan Soekarno Sampai Wantimpres Joko Widodo. Jakarta :PT Kompas Media Nusantara.

Oebaidillah, Syarief. 2020. 56 Tahun Jadi Abdi Negara, Sidarto Danusubroto Raih MURI.
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/340068/56-tahun-jadi-abdi-negara-sidarto-danusubroto-raih-muri ( diakses tanggal 26 Desember 2020).


TAG#demokrasi  #gagasan  #humaniora  #kerakyatan