» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Tugas Utama Jurnalis adalah Cari Gara-Gara
17 November 2023 | Opini | Dibaca 384 kali
Tugas Utama Jurnalis adalah Cari Gara-Gara: - Foto: Anadolu Agency
Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis kerap mendapat label macam-macam. Julukan “provokator”, “biang onar”, hingga “tukang cari mati” dilontarkan dengan nada merendahkan. Meski begitu, tidak seharusnya jurnalis malu—apalagi ciut—mendengar itu semua. Sejatinya, menjadi sebaik-baiknya penyaji kebenaran adalah pengungkap seburuk-buruknya kenyataan. Tidak peduli seberapa mengganggunya hal itu bagi si pemegang kekuasaan.

Retorika.id- Tugas dan kewajiban jurnalis ada banyak. Menulis berita, menjadi watchdog (mengawasi jalannya kekuasaan), menyajikan kebenaran, hingga memberi suara pada mereka yang tidak memilikinya. Juga dalam menjalankan tugas-tugas ini, jurnalis kerap diberikan label macam-macam. Julukan semacam “provokator”, “biang onar”, hingga “tukang cari mati” adalah beberapa di antaranya.

Sering kali, berbagai panggilan tersebut benar adanya. Jurnalis memang biang onar. Bahkan, pada waktu tertentu, jurnalis dituntut


untuk ‘cari mati’. Itu semua datang bersamaan dengan tugas-tugas jurnalis itu sendiri.

Jurnalistik adalah perjuangan untuk menguak kebenaran dan fakta. Tidak jarang pula, kebenaran itu ditutup-tutupi karena alasan yang beragam, dikubur dalam-dalam hingga tanahnya menjadi sekeras batu, rata bak jalanan baru. Jurnalis yang baik tidak akan puas hanya dengan semua itu. Sebagai penyaji fakta, jurnalis akan menembus lapisan tanah—menciptakan gemuruh di sekitarnya, menghancurkan apa yang sudah dikurasi dan ditata sedemikian rupa. Membuat onar. Cari “gara-gara” demi mengetahui kebenaran yang ada. 

Tentu, hal tersebut mengganggu beberapa pihak yang awalnya hidup bahagia di atas kuburan kebenaran. Sebagai imbasnya, jurnalis diburu supaya tidak lagi mengulik-ulik kuburan lain. Dibungkam. Dilucuti hak-haknya. Dihabisi nyawanya. Dan ini bukanlah hiperbola. Represi adalah makanan sehari-hari bagi pers mahasiswa. Wartawan di daerah terpencil, tanpa perlindungan hukum yang kuat mengalami penindasan di kesehariannya. Shireen Abu Akleh, jurnalis Al-Jazeera asal Palestina, dibunuh di tempat oleh tentara Israel saat meliput penggerebekan di kamp pengungsi Jenin. 

Gelap dan sunyi jalannya si penyinar kebenaran dan pemberi suara. Namun, tidak seharusnya jurnalis ciut menghadapi itu semua. Menjadi sebaik-baik penyaji kebenaran adalah menjadi pengungkap seburuk-buruk kenyataan. Kebenaran yang ditutupi adalah penjara dan tugas jurnalis untuk mengeluarkan umat manusia dari penjara tersebut.

Jurnalistik merupakan usaha menuju pembebasan yang sebenarnya, dan jurnalis adalah agen yang hasil karyanya mendorong realisasi hal tersebut.

 

Penulis: Vraza Cecilia

Editor: Marsanda Lintang


TAG#aspirasi  #demokrasi  #humaniora  #pers-mahasiswa