Pemkab Gunungkidul mencatat ada 87 warga Dusun Jati yang positif antraks, satu di antaranya tewas. Selain itu, ditemukan enam sapi dan enam kambing yang juga positif antraks. Penularan antraks tersebut disebabkan oleh pelestarian tradisi Brandu oleh warga Gunungkidul.
Retorika.id - Setelah penyembelihan Hari Raya Idul Adha, bukannya disambut berita baik, warga Gunungkidul, Yogyakarta malah diterpa berita buruk. Sejumlah warga Gunungkidul yang diduga mengkonsumsi daging positif antraks diperiksa dan 87 warga dinyatakan positif antraks dan satu diantaranya tewas.
Menurut Suyoto, pemilik dari salah satu sapi yang mati karena antraks (08/07/2023) penyembelihan hewan yang mati karena sakit merupakan tradisi Brandu. Tradisi ini kerap dilakukan oleh warga Gunungkidul saat ada sapi yang
mati karena sakit lalu dijual murah dan dimakan oleh warga sekitar. Tak heran jika bakteri antraks ini menyebar dan mampu menewaskan warga yang mengkonsumsi daging sapi yang positif antraks.
Antraks sendiri adalah penyakit infeksi bakteri yang menular dari hewan ternak, seperti sapi atau kambing. Penyakit ini bisa menular dari hewan ke manusia dengan tiga cara. Pertama, memakan daging dari hewan yang positif antraks. Akibatnya, bakteri masuk ke usus dan menyebabkan usus melepuh, lalu menjadi diare berdarah hingga kematian. Kedua, terjadi kontak antara luka dan binatang positif antraks, kulit jadi melepuh hingga menghitam seperti batu bara. Ketiga, yang paling sering menyebabkan kematian, adalah melalui pernapasan.
Sebenarnya, penularan antraks ini bukanlah hal baru di Gunungkidul. Beberapa tahun terakhir, penularan antraks terus ditemukan. Hal ini dikarenakan pelestarian tradisi Brandu yang dilakukan menyebabkan “awetnya” bakteri antraks di Gunungkidul.
Tradisi Brandu ini tak lepas dari rasa “sayang” yang dirasakan pemilik sapi, mengingat mengurus binatang tersebut tidak mudah dan murah. Karena itu, daripada dibiarkan mati begitu saja, sapi disembelih dan dijual murah. Tujuan Brandu sendiri sebenarnya baik, untuk membantu peternak yang merugi. Namun tradisi ini malah membawa petaka, di mana bakteri penyebab antraks, Bacillus anthracis, akan membentuk spora saat terpapar udara terbuka. Karena itu, mengonsumsi daging hewan yang terpapar antraks sangat dilarang.
Penulis: Deffina Aprinanda
Editor: Marsanda Lintang
TAG: #budaya #sosial #tradisi #