» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Surat Pembekuan BEM FISIP Dicabut, Dekan FISIP: “Tugas Moral Kami untuk Mengingatkan”
28 Oktober 2024 | Liputan Khusus | Dibaca 336 kali
Foto karangan bunga bernada satire yang dipajang BEM FISIP Unair pada Selasa, (22/10/2024) telah menuai ribuan atensi publik di media sosial. Hal tersebut kemudian berujung pada pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) oleh pihak dekanat karena kritik dalam bentuk satire tersebut dianggap memuat penggunaan diksi yang tidak tepat. Alhasil, pihak BEM FISIP Unair pun melakukan audiensi dengan pihak dekanat untuk menyikapi adanya pembekuan ini pada Senin (28/10/2024).

Retorika.id - Pada Senin (28/10/24) pagi  telah berlangsung audiensi antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) dengan Dekan FISIP, Bagong Suyanto dan jajarannya. Pertemuan ini merupakan buntut atas pembekuan kepada jajaran fungsionaris BEM FISIP Unair oleh dekanat pada hari Jumat (25/10/24) pukul 16.13 WIB. Ujung dari pertemuan ini menghasilkan pencabutan surat 11048/TB/UN3.FISIP/KM.04/2024 perihal pembekuan kepengurusan BEM FISIP Unair. 

 

Dalam wawancaranya, Rizaldi Mahendra (Mahen) yang menjabat sebagai Menteri Politik dan Kajian Strategi menuturkan, audiensi tertutup ini berawal dengan harapan titik temu persoalan pembekuan fungsionaris BEM FISIP Unair dan berfokus pada pembahasan terbitnya surat pemberitahuan pembekuan, serta sebagai langkah dan sikap dekanat terhadap apa yang terjadi di FISIP Unair, khususnya BEM FISIP Unair. Lebih lanjut dalam audiensi tersebut, BEM FISIP turut menyatakan latar belakang dan tujuan pemasangan karangan bunga. 

 

"Tujuan dari karangan bunga tersebut adalah puncak dari program kerja Politik dan Kajian Strategis, yaitu kawal pemilu." tutur Mahen dalam wawancaranya. Proses pemasangan karangan bunga ini sudah melewati rangkaian program kerja “Kawal Pemilu”.

 

Menurut penuturan Mahen, salah satu yang menjadi poin pembahasan dalam audiensi ini adalah terkait penggunaan diksi dalam karangan bunga. Hal ini pun kemudian dibenarkan oleh Bagong pasca-audiensi yang dilakukan secara tertutup oleh pihak dekanat dan BEM FISIP. Bagong mengungkapkan alasan di balik pihaknya yang sempat membekukan organisasi tersebut. Ia menegaskan bahwa pembekuan tersebut murni karena diksi yang BEM FISIP gunakan di dalam karangan bunga. 

 


dir="ltr">“(Pembekuan ini, Red) sepenuhnya karena diksi. Pihak dekanat itu kan sering menulis, ya. Jadi sering mengkritik ketika ada penulis atau politisi yang menggunakan diksi yang kasar, yang menurut saya tidak mendidik bangsa Indonesia. Nah, ketika anak kami melakukan hal yang sama, tentu menjadi tugas moral kami untuk mengingatkan supaya tidak ikut-ikutan larut dalam kegiatan politik yang menggunakan diksi-diksi tidak sopan,” ujar Bagong. 

 

Bagong juga menjelaskan alasan pihaknya membekukan BEM FISIP tanpa adanya komunikasi terlebih dahulu. Ia mengatakan bahwa langkah tersebut ia ambil lantaran foto karangan bunga milik BEM FISIP telah viral di media sosial. Pihaknya khawatir apabila banyak pihak luar merasa apabila dekanat, sebagai pimpinan fakultas, membiarkan pelanggaran etika akademik terjadi di lingkungannya. 

 

“Karena sudah viral pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga kami tidak bisa ketemu langsung dengan Tuffa. Seumpama tidak ada hari libur, kami bisa langsung ketemu, tapi saya waktu itu berpikir, karena di luar ada banyak pertanyaan dan saya khawatir ada beberapa orang yang merasa kalau itu dibiarkan oleh pimpinan fakultas,” tutur Bagong.  

 

Perhatian lain dalam audiensi ini adalah proses pembekuannya, yaitu dengan membekukan tiga jajaran fungsionarisnya, mencakup Presiden BEM FISIP Unair, Wakil Presiden BEM FISIP Unair, dan Menteri Politik dan Kajian Strategis. Hal ini linier dengan pernyataan Bagong, "Tiga orang itu yang kita minta untuk tiarap dulu. Untuk tidak dulu bersuara mewakili BEM sebagai sebuah lembaga."

 

Proses audiensi antara BEM FISIP Unair dan dekanat pun diwarnai dengan negosiasi oleh pihak BEM. "Kuncinya yang membuat pihak dekanat sepakat tidak jadi dibekukan adalah BEM FISIP satu suara," ujar Mahen ketika diwawancarai. Kemudian hal ini dikonfirmasi lebih lanjut oleh Bagong, "Artinya bukan keputusan yang hanya dilakukan oleh Tuffa, Gavin dan Mahen. Tapi, itu keputusan BEM.”

 

Saat diwawancarai, Presiden BEM FISIP, Tuffahati Ulayyah (Tuffa) mengklarifikasi kembali adanya rapat antara BEM FISIP dengan Komisi Etik FISIP dan menekankan bahwa rapat tersebut berjalan kondusif tanpa intimidasi dari pihak Komisi Etik. “Ketika rapat dengan komisi etik itu memang tidak ada teguran ataupun misalnya intimidasi karena disitu sifatnya adalah forum klarifikasi” ujar Tuffa. 

 

Namun, Tuffa sempat menyayangkan keputusan awal untuk membekukan BEM FISIP tanpa mempertimbangkan opsi-opsi lain seperti pemanggilan ataupun mediasi. “Menurut kami itu tindakan yang tergesa-gesa karena masih banyak kebijakan lain yang bisa dikalkulasikan lagi,” jawab Tuffa ketika ditanyai awak media. 

 

Tuffa juga mengalami intimidasi dari pihak eksternal yang tidak dikenal berupa serangan melalui telpon, video call, kemudian spam chat dan direct message di Instagram. Akibat dari intimidasi tersebut, Tuffa berniat untuk berkonsultasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk menindaklanjuti intimidasi yang ia terima. 

 

“Kemarin saya sudah mengkondisikan teman-teman, apabila memang ada yang diserang, orang yang tidak dikenal, atau nomor yang mengganggu sampaikan kepada kami. Sebagai Badan Pengurus Harian (BPH), kami akan bantu lewat konsultasi di LBH dan juga UNAIR Help Center,” ujar Tuffa. 

 

Berikut adalah salah satu upaya intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang tidak dikenal kepada Tuffa melalui platform Whatsapp. Foto dokumentasi bisa diakses pada tautan berikut https://drive.google.com/drive/folders/1--I6_1q6mtULRjeIcCKl9QOM8hcUYy7k 

 

Dalam gambar tersebut terlihat bahwa ada rentetan pesan teror yang dilayangkan kepada Tuffa melalui grup Whatsapp. Rentetan teror tersebut mulai dari ancaman pidana hingga serangan personal. Bentuk ancaman tersebut juga menimpa anggota-anggota BEM FISIP lainnya. “Saya belum bisa memetakan secara pasti (jumlahnya), cuman yang sudah lapor itu ada kurang lebih lima orang,” ucap Tuffa. Namun, intimidasi itu tidak jadi penghambat bagi Tuffa. 

 

Usai kejadian ini, Tuffa menegaskan bahwa kedepannya, BEM FISIP tidak akan berhenti untuk bersikap kritis terhadap pemerintah tanpa meninggalkan nilai-nilai akademik. “Kedepannya kami bertekad untuk tetap kritis, kami tetap tegak, dan kami tetap berani. Untuk pemilihan diksi itu urusan yang lain, tetapi yang jelas kami mengamini apa yang sudah diputuskan.”

 

Menanggapi pembekuan yang sempat dilakukan dekan kepada BEM FISIP, Moch. Yunus, salah satu dosen FISIP Unair, angkat suara. Menurutnya, BEM FISIP tidak melanggar etika sebagaimana disebutkan oleh dekan. “BEM itu tidak melanggar etika. Hanya saja mungkin melanggar etiket soal kesopanan, tapi itu bukan ranahnya etika. Ranahnya etika itu kalau kita melakukan pelanggaran soal baik sama salah. Jadi (sebenarnya) ga layak dia masuk ke Komisi Etik itu.”

 

Penulis: Pinkan Ayu Novita, Naara Nava, Khumairok Nurisofwatin, dan Vanyadhita Iglian. 

Editor: Aveny Raisa


TAG#akademik  #aspirasi  #bem  #demokrasi