» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Rumitnya Diskursus Mengenai Plagiarisme dan Nama Baik Kampus
28 Februari 2021 | Liputan Khusus | Dibaca 1516 kali
Rumitnya Diskursus Mengenai Plagiarisme dan Nama Baik Kampus: - Foto: Dokumentasi pribadi/Charisse Renica Dita
Plagiarisme menjadi masalah tersendiri bagi civitas akademika, baik mahasiswa, dosen, maupun rektor. Kompleksitas permasalahan yang ada di baliknya adalah alasan mengapa tindakan ini terus berlanjut. Setidaknya, itulah yang terungkap dalam diskusi umum yang diadakan Retorika pada 27 Februari lalu.

retorika.id- Sabtu lalu, LPM Retorika menggelar Diskusi Umum bertajuk “Plagiarisme dalam Lingkup Akademik dan Nama Baik Kampus” (27/02). Dalam diskusi ini, narasumber yang hadir adalah Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, A. A. Gede Bagus Wahyu Dhyatmika, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Ucu Martanto, dan Menteri Keilmuan BEM FISIP 2021 Universitas Airlangga, Ade Graha Wijaya. Diskusi ini dimoderatori oleh Aljudzan Faza, mahasiswa jurusan Ilmu Politik angkatan 2020.

Diskusi yang berlangsung selama dua jam itu diawali dengan pemaparan Wahyu Dhyatmika. Baru-baru ini, majalah Tempo menguak sejumlah kasus plagiarisme yang melibatkan berbagai pimpinan


perguruan tinggi, seperti pimpinan rektor di salah satu universitas yang tetap diangkat sebagai rektor meskipun telah dilaporkan melakukan swa-plagiarisme.

Rubrik “Wajah Kusam Kampus” majalah Tempo juga mengungkap sejumlah kasus lain, seperti adanya jurnal predator, yaitu kegiatan saling mengutip antar peneliti untuk meningkatkan indeks jurnal dalam Scopus, dan obral gelar doktor honoris causa kepada sejumlah kalangan, terutama pejabat dan politisi.

“Perlu ada koreksi mendasar bagi sistem pengelolaan perguruan tinggi yang menekankan nilai kejujuran dan intelektualitas. Jika dibiarkan, nilai-nilai yang diteruskan kepada mahasiswa menjadi tidak jelas dan meneruskan kejahatan intelektual,” ujar Wahyu.

Dosen FISIP Universitas Airlangga, Ucu Martanto memberikan pemaparan sebagai pihak akademisi. Menurutnya, tindakan seperti ini juga tidak lepas dari ambisi untuk menaikkan peringkat kampus dalam berbagai penilaian. Ada tekanan dari pemerintah agar kampus berlomba-lomba mengejar ranking, serta akreditasi yang kemudian dibuktikan dengan tindakan pemberian insentif kepada dosen yang banyak mempublikasikan jurnalnya. Akhirnya, dosen berlomba-lomba mempublikasikan jurnal demi insentif, bukan murni demi kemaslahatan ilmu pengetahuan dengan hasil penelitian dan riset yang mendalam.

Dari pihak mahasiswa sendiri, Ade Graha Wijaya, Menteri Keilmuan BEM FISIP Unair 2021, mengamini bahwa plagiarisme juga terjadi dalam lingkup mahasiswa.“Plagiarisme biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai cara mengutip, melakukan sitasi, dan sebagainya. Plagiarisme kemudian dianggap normal dan wajar, padahal seharusnya tidak dibiasakan,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa mahasiswa perlu belajar dan membiasakan diri untuk menghindari plagiarism. Terakhir, ia memberi pandangan bahwa dosen seharusnya memberi contoh bagi mahasiswanya. Dosen yang melakukan plagiarisme hanya mempermalukan dirinya sebagai civitas akademika dan memberi contoh buruk.

 

Penulis : Charisse Renica Dita

Editor : Sindhie Ananda Dwianti


TAG#aspirasi  #dinamika-kampus  #gagasan  #lpm-retorika