Sabtu (20/02/2021), Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Universitas Airlangga mengadakan webinar dengan tema “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proyeksi Ekonomi dan Politik di Indonesiaâ€. Menurut Atohillah, saat ini, Indonesia memang berada pada fase “menyerang kembali†di mana dengan adanya vaksinasi diharap mampu mengendalikan penyebaran virus Covid-19, tetapi masyarakat juga tak boleh lupa dengan “pertahanan†5M. Faisal Basri juga menambahkan jika penanganan kasus Covid-19 dari awal telah salah langkah.
retorika.id- Sabtu (20/02/2021), Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Universitas Airlangga mengadakan webinar dengan tema “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proyeksi Ekonomi dan Politik di Indonesia”. Terdapat hampir 200 orang hadir dalam acara ini. Antusiasme peserta juga dapat dilihat pada sesi tanya jawab dengan narasumber, yakni Dr. M Atohillah Isfandiari, dr M.Kes selaku Epidemiologi FKM Unair, Faisal H. Basri, SE., M.A. selaku pengamat politik yang juga pernah mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Febby Risti Widjayanto, S. IP., M.Sc. selaku Dosen Departemen Politik dan akademisi Universitas Airlangga.
Seperti yang diketahui bersama, pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum menemui titik amannya hingga saat ini. Masyarakat pun masih was-was akibat tingginya eskalasi kasus Covid-19. Pernyataan demikian disinggung oleh Dr. M Atohilah, bahwasannya tingkat penularan Covid-19 lebih cepat dibanding SARS 2003 dan MERS 2015.
Untuk tingkat kematian SARS 2003 sekitar 30%, untuk MERS 2015 sekitar 10%. Jauh lebih besar tingkat
kematiannya dibanding SARS-Cov 2 yang menyebabkan Covid-19 ini. Menurutnya, vaksinasi belum cukup untuk mengatasi penyebaran virus. Namun, perlunya vaksinasi juga memberikan peluang bagi seseorang untuk kebal virus 3 kali lipat dibanding orang yang tidak melakukan vaksinasi.
“Untuk saat ini, kita tidak bisa menggantungkan sepenuhnya pada vaksin, mengingat program ini diperkirakan selesai pada tahun 2022. Sementara ekonomi dan politik tidak bisa menunggu selama itu, maka dari itu yang paling murah dan mudah kita lakukan ialah dengan Gerakan 5M (Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi interaksi).” Jelas Atohillah.
Ia juga menjelaskan, selagi proses vaksinasi tetap berjalan, masyarakat dapat mengandalkan himbauan 5M tersebut. “sebab kita tidak tahu dan belum memastikan apakah logistik vaksin lancar sesuai timeline atau tidak.” jelas Atohillah.
Menurut Atohillah, saat ini, Indonesia memang berada pada fase “menyerang kembali” di mana dengan adanya vaksinasi diharap mampu mengendalikan penyebaran virus Covid-19, tetapi masyarakat juga tak boleh lupa dengan “pertahanan” 5M.
Berdasarkan perspektif ekonomi dan politik, Faisal Basri juga menambahkan pemaparan dan proyeksinya terkait dampak Covid-19. Beliau menyampaikan kegelisahannya mengenai penanganan kasus Covid-19 yang dari awal telah salah langkah.
“Dari segi epidemiologi, seharusnya penanganan ini diberikan pada ahlinya sehingga kemungkinan Indonesia dapat mengatasi penyebaran virus. Namun, pemerintah sendiri seolah-olah tidak mau mendengar tanggapan dari para ahli epidemiologi hingga pada akhirnya terjadi situasi kritis seperti ini.” Ujar Faisal.
Kasus Covid-19 menyebabkan kondisi kritis di Indonesia di mana angka kasus semakin meningkat sedangkan ekonomi menurun. Pihak pemerintah sendiri menginginkan dengan pasti jika kondisi Covid-19 dapat menurun dengan ekonomi juga naik.
Statement seperti itu memanglah sulit, mengingat penanganan di Indonesia masih belum ada perkembangan yang signifikan. Jikalau ingin terjadi penurunan kasus aktif Covid-19 maka langkah utama yang diambil ialah memperbaiki dari sisi kesehatan terlebih dahulu maka nantinya ekonomi akan naik dengan sendirinya.
Terkait ketenagakerjaan, Faisal Basri menjelaskan bahwa hingga saat ini angka pengangguran naik ditambah dengan kualitas pekerjaan yang semakin rendah. Tingginya eskalasi perpindahan pekerjaan yang semula di sektor pekerjaan formal beralih ke pekerjaan informal. “Jika kondisi seperti ini terjadi secara masif dan terus-menerus akan berpotensi meningkatnya angka kemiskinan, penyimpangan dan social unrest (kerusuhan sosial) di Indonesia,” tambah Faisal Basri.
Diakhiri dengan penyampaian materi oleh Dosen Departemen Politik Febby Risti W yang fokus pada dampak positif dan negatif pandemi, seperti meningkatnya akselerasi digitalisasi pada pendidikan yaitu distance learning, tetapi juga dapat memperparah ketimpangan digital dan angka putus sekolah. Lalu, dengan adanya pandemi membuat siklus udara dan beberapa ekosistem berjalan baik dan sehat.
Penulis: Najmah Rindu Aisy
Editor: Aisyah Amira Wakang
TAG: #aspirasi #ekonomi #politik #