» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Merawat Keberagaman Indonesia lewat Solo Menari 2019
02 Mei 2019 | Liputan Khusus | Dibaca 1643 kali
Hari Tari Dunia yang diperingati setiap 29 April ini dicetuskan oleh Komite Tari dari International Theatre Institute, partner utama untuk pertunjukan seni drama UNESCO. Hari itu bertepatan dengan hari kelahiran Jean-Georges Noverre (1727-1810) yang merupakan pencipta tarian balet modern

retorika.id - Kampus Institut Seni Indonesia Surakarta pada Senin (29/4) sore dipenuhi oleh penari dari seluruh wilayah Indonesia. Para penari berkumpul di Solo dalam acara Solo Menari 2019. Solo Menari merupakan acara anual yang diselenggarakan oleh Pemkot Solo dan sekaligus untuk memperingati Hari Tari Dunia. Para penari yang berasal dari berbagai macam usia ini dijadwalkan akan menari secara bergantian selama 24 jam nonstop.

Hari Tari Dunia yang diperingati setiap 29 April ini dicetuskan oleh Komite Tari dari International Theatre Institute, partner utama untuk pertunjukan seni drama UNESCO. Hari itu bertepatan dengan hari kelahiran Jean-Georges Noverre (1727-1810) yang merupakan pencipta tarian balet modern. Hari Tari Dunia dicetuskan untuk mendorong partisipasi, pendidikan, dan wawasan mengenai beragam tarian melalui acara dan festival yang diadakan di seluruh dunia.

Solo Menari 2019 dibuka pertunjukan Tari Jaranan yang dibawakan oleh sekitar 5000


orang penari di Stadion Sriwedari, Solo. Khusus untuk pertunjukan Tari Jaranan, para penari berasal dari berbagai sekolah di Kota Solo, mulai dari tingkat SD hingga SMP.  Tari Jaranan merupakan salah satu tarian Jawa asal Solo yang ciptakan oleh S. Permadi, Dosen Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Setelah pertunjukan di Stadion Sriwedari, pentas tari diselenggarakan di berbagai tempat di Kota Solo, salah satunya di Kampus ISI Surakarta.

Para penari yang berkumpul di ISI Surakarta berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Karanganyar, Jember, Blitar, Nganjuk, Boyolali, Depok, hingga Palu. Penulis berkesempatan mewawancarai seorang pimpinan sanggar tari Ayodya Pala, Dra. Budi Agustinah. Sanggar tari yang berpusat di Kota Depok ini merupakan lembaga kesenian berbentuk yayasan yang aktif bergerak dalam bidang pelestarian, pelatihan, pendidikan, dan pengembangan seni budaya tradisional Indonesia.

Ayodya Pala sudah dua kali berpartisipasi dalam acara Solo Menari. Tahun ini, Ayodya Pala mendelegasikan 34 penarinya yang dibagi ke dalam tiga kelompok untuk ikut serta dalam acara Solo Menari 2019. Tiap-tiap kelompok ini menampilkan tarian yang berbeda, ada Tari Lenggang Melayu asal Riau, Tari Mambo Simbo asal Papua, dan Tari Exotica Borneo yang merupakan tarian kreasi berbagai tarian asal Kalimantan.

Acara Solo Menari ini dinilai merupakan medium yang baik bagi masyarakat Indonesia, baik yang terlibat langsung dalam acara maupun yang sekadar menonton, untuk menambah pengetahuan perihal kekayaan tarian khas Indonesia yang jumlahnya sangat beragam. Selain itu, para pelaku seni tari juga dapat mengekspresikan dan menampilkan karyanya.

Poin ini turut disebut oleh Budi Agustinah. Para penari delegasi Ayodya Pala didominasi oleh anak-anak SD dan SMP. Beliau berkata bahwa dengan mengikutsertakan anak sedari dini untuk bisa bekerja sama dalam sebuah tim di suatu acara berarti turut memberikan pendidikan karakter kepada sang anak. Selain belajar kekayaan budaya tari Indonesia, mereka juga diharuskan untuk belajar mandiri, bertanggung jawab, membangun solidaritas dan kerjasama, serta melatih kedisiplinan. Karena untuk menjadi pelaku seni, tak cukup hanya memiliki bakat seni namun dituntut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi.

Acara anual Solo Menari ini tentu perlu diapresiasi dan didukung penuh. Karena, tak hanya ditujukan untuk melatih bakat dan kualitas tiap individu dan kelompok, namun juga membentuk wawasan masyarakat perihal keragaman budaya Indonesia. Penambahan wawasan masyarakat perihal keragaman budaya Indonesia ini dapat menjadi sebuah oase di padang pasir di tengah isu polarisasi dalam masyarakat sehubungan dengan persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga kedepannya, mungkin acara semacam Solo Menari bisa diadakan merata di seluruh wilayah Indonesia agar keindahan keberagaman masyarakat kita selalu senantiasa terawat.

 

Penulis: Pulina Nityakanti P

 


TAG#budaya  #  #  #