» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
13 Tahun Vakum, Rumah Budaya Menggeliat
21 Maret 2017 | Liputan Khusus | Dibaca 2808 kali
Kembalinya Rumah Budaya Pecantingan (RBP): Rumah Budaya Pecantingan (RBP) Foto: Boby Widi A.
Menelisik asal-muasal berdirinya Rumah Budaya Pecantingan (RBP), "rumah" seni yang bangkit kembali.

retorika.id - Awal mula berdirinya RBP sejak tahun '90-an, dari sebuah tempat bernamakan Juma Adi Studio yang berlokasi di Sekardangan, Sidoarjo. Juma Adi selaku pemilik Juma Adi Studio berhijrah ke Australia, sehingga ia menghibahkan studio tersebut untuk kesenian dan kebudayaan sehingga terbentuk kelompok yang dinamakan Rumah Budaya Pencantingan. Dalam beberapa kegiatannya, setiap bulan purnama RBP mengundang beberapa dalang yang tidak begitu terkenal untuk mengadakan pertunjukkan wayang dan karawitan.

Rumah Budaya Pecantingan pada tahun 2000-an sempat vakum. Hal ini disebabkan karena tidak adanya regenerasi dari pihak keluarga Juma Adi untuk kepengurusan dan juga tidak ada kegiatan yang aktif didalamnya. Namun pada tahun 2013


RBP berusaha untuk dibangun kembali di bawah kepengurusan Meteor Rosada A.S yang merupakan keponakan dari Juma Adi. RBP dibangun kembali dengan beberapa perubahan output dan visi. RBP tidak hanya bergerak di ranah kebudayaan tradisional, melainkan juga bergerak pada kebudayaan kontemporer. Namun kebudayaan tradisional tetap menjadi prioritas kegiatan RBP karena kebudayaan tradisional memiliki daya tarik tersendiri dalam setiap pertunjukkannya.

Dalam proses pembangunan kembali Rumah Budaya Pecantingan, ada beberapa kendala yang dimiliki. Meteor Rosada yang akrab dipanggil Tio menuturkan bahwa, "Jelas kendala yang saya alami adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dikarenakan saya bergerak sendiri".

Tidak hanya SDM, Tio juga menuturkan bahwa kendala yang dialami adalah mengenai financial atau masalah keuangan. Ucapnya, "RBP ini merupakan kelompok swasta jadi segala kegiatan yang bergerak didalamnya tanpa biaya sedikitpun dari pemerintah". Tio juga membeberkan bahwa, ia masih sulit menemukan founding ataupun donatur untuk membantunya dalam pembangunan ulang RBP.

Dalam rangka membangun ulang Rumah Budaya Pecantingan, Tio sudah berupaya mencari dana bantuan ke beberapa instansi antara lain dari pemerintah dan Dinas Kesenian Jawa Timur (DKJT). Hal tersebut terkendala akta notaris kepemilikan tempat RBP. "Sebenarnya akta notaris itu ada akan tetapi akta tersebut dibawa paman saya ke Australia, karena susahnya akses pengambilan jadi saya bergerak dengan swadaya mengandalkan donatur", tutur Rio.

Motivasi Meteor membangun ulang RBP ini karena ia memiliki passion atau keinginan dalam berkesenian. Ia enggan atau tidak tertarik bekerja sosial (sebagai buruh ataupun karyawan). Tio juga memiliki harapan dengan dibangunnya kembali RBP ini dapat menjadi wajah kesenian di Jawa Timur. Tidak hanya berkesenian tradisional, melainkan juga berkesenian kontemporer. Ia juga berupaya melibatkan masyarakat di sekitar RBP karena ia beranggapan seni itu lahir dari masyarakat dan hadir untuk masyarakat. Satu kalimat yang menarik untuk dikutip dari Tio, "Tidak ada yang didapat dari Kesenian kecuali Kesenian itu sendiri".(En/Red)

 

Reporter : Boby Widi Asmoro


TAG#aspirasi  #budaya  #lpm-retorika  #profil