» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Mengupas Kehidupan Seorang Filmmaker yang Profesional
27 Juli 2021 | Info Kampus | Dibaca 2266 kali
Mengupas Kehidupan Seorang Filmmaker yang Profesional: - Foto: DOKUMENTASI PRIBADI/DINA MARGA
Industri perfilman Indonesia banyak melahirkan karya-karya popular. Dalam menggagas sebuah film, tentunya tidak terlepas dari seorang filmmaker, seperti halnya Irfan Ramli yang bekerja di balik layar dan berperan penting dalam menyusun sebuah cerita untuk dapat dinikmati banyak orang. Sehingga sebagai seorang penulis cerita, ia dituntut untuk selalu berfikir kreatif setiap harinya melalui apa yang dirasakan, dilihat dan didengar.

Retorika.id- Kementrian Seni dan Budaya BEM FISIP Unair pada tanggal (24/07/21) pukul 14.30 WIB, menggelar sebuah Talkshow Film yang bertajuk “Steps to Becoming a Filmmaker” melalui aplikasi Zoom Meeting yang dihadiri oleh 300 orang. Talkshow tersebut menghadirkan Irfan Ramli selaku director, scriptwriter, dan VP Creative and Development Visinema Grup.

Nama Irfan Ramli sudah tidaklah asing bagi telinga pecinta film. Hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya karya-karya miliknya yang popular, seperti Filosofi Kopi, Cahaya Dari Timur, Keluarga Cemara, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan Love for Sale.

Menyoal mengenai filmmaker, adalah terkait bagaimana sebuah cerita itu dibuat dan ditemukan. Dalam hal ini, Irfan Ramli menceritakan pengalamannya saat memproduksi film dengan menyusun sebuah cerita yang akhirnya berhasil dikembangkan dalam sebuah skenario. 

Sebagai seorang  filmmaker,  ia tentunya tidak akan terlepas dari suatu gagasan yang fundamental. Yang mana dalam  menyusun sebuah cerita, kunci utama adalah pemahaman secara mendalam tentang cerita yang akan dibuat. Apalagi dengan membandingkan pengalaman dan  pengetahuan, hal ini merupakan proses yang ideal.

“Menariknya dalam membuat suatu cerita berkaitan dengan bagaimana merespon apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dari hasil dari peristiwa, yang mana dapat untuk diolah dengan pengetahuan yang dimiliki. Kemudian sebagai  seorang filmmaker tentunya saya juga


harus memiliki referensi sehingga mempunyai bayangan terhadap cerita yang dibuat”, ujarnya.

Cahaya Dari Timur adalah salah satu contoh dari sekian banyaknya film yang berasal dari pengalaman autentik Irfan Ramli. Bersama Glenn Friedly, Angga Dwimas Sasongko, pada masa rilisnya film ini mendapat gelar sebagai film terbaik di FFI(Festival Film Indonesia).

Yang melatarbelakangi pembuatan film tersebut adalah kemenangan tim sepak bola asal Maluku dalam sebuah kompetisi. Peristiwa tersebut pun dijadikan oleh Irfan sebagai sebuah pemantik untuk menghubungkan sebuah situasi dengan adanya kegagalan dalam pertandingan sepak bola.

Film tersebut menceritakan tentang mantan pemain sepak bola U-15,  yang dahulu sempat mengalami kegagalan dalam membawa timnya lolos. Dari kegagalannya tersebut, diambil sebuah keputusan untuk kembali ke kampungnya dan melanjutkan hidup sebagai seorang tukang ojek. Namun, kehidupannya berubah ketika ia bertemu dengan sekelompok anak- anak kecil.

Dalam hal ini, mantan pemain sepak bola U-15 tersebut membentuk klub sepak bola yang berisikan sekelompok anak-anak dan berperan menjadi seorang pelatih dengan harapan menjadikan sepak bola sebagai suatu cara untuk menyelamatkan anak-anak tersebut dari sebuah konflik komunal. Hingga pada titik balik kehidupannya saat klub yang dibentuknya mengikuti ajang bergengsi, dan mereka berhasil merayakan sebuah kemenangan dari sekian banyak kekalahan yang selama ini membelenggu.

Kemudian dalam menulis cerita yang diterbitkan sebagai sebuah karya film, Irfan mengungkap membutuhkan  kreativitas yang mana bahwa kreativitas adalah suatu hal yang mahal dan istimewa, karena berpikir kreatif tidak dimiliki oleh banyak orang. Kreativitas adalah suatu bakat, namun hal itu tidak cukup sampai kemudian mampu untuk mempertajam cara pandang dalam melihat sesuatu.

Aspek terpenting dari suatu gagasan yang melahirkan kreativitas adalah fungsi dan nilai dengan membangun orientasi, argumentasi dan lain hal. Dalam menciptakan sebuah karya, karya tersebut dapat berfungsi sebagai refleksi terhadap kehidupan, kritik maupun ekspresi baik cerita yang bahagia atau melankolis.

Pada proses pra-produksi film, Irfan menjelaskan bahwa ia harus mampu membayangkan apa yang terjadi, sehingga dapat memahami fungsinya secara baik. Dalam menjalani sehari-harinya, ia juga menuntut bahwa harus ada ide yang tercipta melalui apapun sumbernya, dan turut mempertajamnya sehingga dapat menjadi sebuah cerita yang kelak akan dibagikan ke orang lain.

“Saya setiap hari harus menemui cerita baru dimana saja baik melalui berita, lagu yang saya dengar, peristiwa dan lain hal. Menulis bagi saya adalah hal yang sulit, sampai saya sendiri memiliki suatu hal yang autentik dan daya dorong yang besar dengan kemampuan diri sendiri untuk mengkontruksi suatu kata, kalimat hingga menjadi sebuah cerita”, terangnya.

Sebagai seorang filmmaker, terkadang ia dituntut untuk membuat karya yang tidak diinginkan secara personal dalam hal ini bukan berarti tidak suka, Tetapi karena dalam bekerja mencakup skala luas maka harus dijalankan secara profesional tidak sekedar ingin memenuhi hasrat dan keinginan personal saja.

Berbicara mengenai film, menurut Irfan, film adalah suatu cara untuk menceritakan sebuah peristiwa dari sisi yang diinginkan, baik itu terang maupun gelap. Dalam menulis cerita yang ingin dituangkan ke dalam sebuah film memerlukan sebuah keyakinan bahwa cerita tersebut akan menjadi warna bagi industri film dan mendapatkan banyak respon positif oleh para pecinta film.

Namun dalam prosesnya, sebagai penulis cerita tentunya Irfan membutuhkan partner guna mendiskusikan alur cerita dan  untuk meminta pendapat orang lain. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan berbagai sudut pandang yang berbeda. Ia biasa menerima kritik dan saran yang membangun untuk membuat mengenai ceritanya lebih baik lagi.

Pada prinsipnya, sebagai seorang filmmaker itu terdapat berbagai macam pendekatan. Kemudian dalam industri film, yang menjadi tolak ukur  suatu kesuksesan itu mencakup banyaknya jumlah audience dan bagaimana filmtersebut mampu dipahami secara mudah oleh audience. Hal-hal tersebut menjadi suatu pedoman bagi filmmaker untuk selalu menghasilkan karya yang berkualitas.

Melihat  pandemi yang belum usai, Irfan mengungkapkan bahwa ia terkendala dalam memproduksi film karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan proses shooting. Bahkan, ada film yang produksinya diberhentikan terlebih dahulu karena adanya kebijakan PPKM. Namun dengan kondisi yang serba terbatas, semangatnya untuk terus berkarya tidak surut. Terbukti selama pandemi ini, ia telah berhasil memproduksi beberapa story  yang nantinya akan tayang melalui bioskop online

 

Penulis : Dina Marga H

Editor : Ega Putra

 

 

 


TAG#film  #seni  #  #