» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Sexual Harassment di Hari Kartini dan Sempitnya Ruang Aman bagi Perempuan
26 April 2023 | Opini | Dibaca 713 kali
Sexual Harassment di Hari Kartini dan Sempitnya Ruang Aman bagi Perempuan: - Foto: www.vecteezy.com
Hari Kartini yang seharusnya menjadi hari peringatan terhadap perjuangan emansipasi dan kesetaraan perempuan ternyata masih diwarnai oleh pelecehan seksual di ruang siber. Ruang aman bagi perempuan terasa amat sempit ketika sekadar menggunggah foto masih menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Retorika-id. Raden Ajeng Kartini merupakan pahlawan nasional perempuan yang telah berjasa menaikkan derajat perempuan-perempuan di seluruh tanah air Indonesia. R.A Kartini berjuang menaikkan status dan nilai perempuan yang terjepit dan terdesak atas hambatan-hambatan yang dialami perempuan pada masa lampau, seperti kesetaraan gender terhadap perempuan

 

Menurut penetapan Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, R.A Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Kemerdekaan Indonesia dan tanggal lahir Kartini, 21 April ditetapkan sebagai Hari Kartini. Tujuan Hari Kartini adalah sebagai pengingat untuk menghormati perjuangan Kartini atas jasanya yang telah memperjuangkan kesetaraan gender pada perempuan.

 


dir="ltr">Setelah perjuangan emansipasi perempuan yang dilakukan Kartini, perempuan pada zaman sekarang sudah lebih bebas berkarya dan berpendapat. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh perempuan mendapatkan privilese atas kebebasan tersebut. Suatu kebudayaan yang tertinggal dan tertanam sulit untuk diubah. Sehingga pandangan dan penilaian masyarakat zaman dulu terhadap seorang perempuan masih hidup dan berkembang di era modern seperti ini.

 

Salah satu contoh dari sulitnya perempuan mendapatkan kebebasan, pada Hari Kartini (21/04/2023) lalu, seorang pengguna Twitter A mengunggah cuitandiskursus mengapa perempuan tidak pernah cantik ketika memakai kebaya. Untuk pembuktian bahwa kalimat diskusus itu salah, banyak perempuan yang mengunggah foto dirinya maupun foto orang lain saat memakai kebaya. Namun di lain sisi, banyak laki-laki yang menuliskan pendapat atas foto-foto perempuan-perempuan yang berkain dan berkebaya secara seksual dan berkonotasi negatif.

 

Pengguna akun Twitter X asal malaysia mengunggah cuitan yang berbunyi, "asik nge-scroll quote tweet ini sambil menyimpan semua foto [perempuan berkebaya] untuk dibagikan ke dalam grup telegram bersama orang mesum lainnya.”

 

Hal ini merupakan salah satu contoh sexual harassment yang terjadi di internet terhadap perempuan. Perempuan dijadikan sebagai ajang alat pemuas nafsu belaka. Akibatnya, perempuan merasa tertekan dan ketakutan, sehingga menyebabkan perempuan sulit untuk berkarya dan mengunggah apapun yang berhubungan dengan dirinya sendiri di sosial media, seperti foto maupun video wajah dan tubuh.

 

Emansipasi yang dilakukan R.A Kartini ternyata masih belum stabil implementasinya dan masih belum membuat semua perempuan merasa nyaman dan aman. Pada kenyataannya masih banyak ketidakadilan gender yang terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah terjadinya pelecehan seksual yang dialami oleh kaum perempuan di Internet. Tidak seharusnya terjadi perilakuamoral terhadap sesama manusia. Untuk mencapai kedamaian, masing-masing warga harus saling menghargai dan berperilaku bermoral demi terciptanya ekspektasi ruang hidup yang aman dan nyaman.



Penulis: Rizfira Yasmin 

Editor: Jingga Ramadhintya

 


TAG#gender  #humaniora  #sosial  #