» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Mild Report
Penembakan Nahel Merzouk di Paris : Wujud Penegakan Hukum atau Rasisme?
12 Juli 2023 | Mild Report | Dibaca 374 kali
Kasus penembakan kepada pemuda berusia 17 tahun berdarah Algeria, Nahel Merzouk di Paris, Prancis yang dilakukan oleh aparat kepolisian memicu kerusuhan di berbagai daerah di Prancis. Perdebatan muncul apakah penembakan yang dilakukan aparat kepolisian tersebut merupakan wujud penegakan hukum atau hanya wujud rasisme sistemik yang terjadi di Prancis.

Retorika.id - Kamis, 28 Juni lalu, kericuhan terjadi lagi di Paris, Prancis. Kali ini negara yang terkenal akan romantismenya dikejutkan oleh tragedi penembakan yang dilakukan aparat polisi kepada remaja Prancis berdarah Algeria berusia 17 tahun, Nahel Merzouk. Ia ditembak dari jarak dekat saat ia berada di dalam mobilnya. Peristiwa ini serupa peristiwa terbunuhnya George Floyd pada 2020 lalu. Pasalnya, pelaku penembakan merupakan aparat kepolisian, dan korban penembakan merupakan warga minoritas di negara mereka.

Kejadian penembakan Nahel memicu protes besar-besaran di beberapa daerah di Paris, seperti Nanterre, Dijon, Lyon, dan Toulouse. Protes besar-besaran ini didominasi oleh para pemuda Prancis yang membakar mobil, menghancurkan halte, dan juga menghancurkan beberapa toko, supermarket, dan restoran. Menurut para demonstran, aksi ini merupakan wujud kemarahan atas rasisme sistemik yang telah lama berjalan di Prancis. Kasus


penembakan ini adalah kasus penembakan ketiga yang dilakukan aparat kepolisian, sebelumnya, ada dua kasus serupa tahun 2023, 13 orang tewas akibat tidak menaati peraturan lalu lintas pada 2022, dan dua kasus serupa pada 2021. Korban dari kasus-kasus penembakan adalah orang-orang berdarah Afrika dan Arab. Banyak warga Prancis yang membenarkan sifat rasisme yang dimiliki polisi-polisi di Prancis.

"Saya benar-benar membenci polisi Prancis. Saya berharap yang terburuk bagi mereka. Seluruh sistem dirusak oleh ideologi rasis yang sistemik” tutur Yasmin, salah satu demonstran (29/06/23).

Namun, perspektif berbeda datang dari warga Prancis lainnya. Menurut mereka, Nahel tidaklah sepenuhnya tak bersalah, Nahel juga telah melakukan tindakan pelanggaran hukum yang dapat membahayakan orang lain.

"Kerusuhan ini tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi. Tentu saja, anak itu seharusnya tidak tewas. Tapi ngapain dia ngebut-ngebutan tanpa SIM pada jam delapan pagi, ketika anak-anak pergi ke sekolah?" ucap Marie, warga Nanterre pada wawancaranya di BBC (29/06/2023).

Tanggapan Marie didukung oleh warga Nanterre lainnya yang menganggap bahwa Nahel tidaklah lebih dari seorang berandalan yang melakukan tindakan dengan seenaknya.

"Anak laki-laki itu tidak dikenal karena apa pun. Hanya seorang berandalan," ucap Mounia pada wawancaranya di BBC (29/09/2023).

Tuduhan tindakan rasisme yang dituduhkan kepada aparat kepolisian juga ditentang oleh warga Nanterre, menurutnya anak-anak dan pemuda di Nanterre sering melakukan tindakan yang melanggar hukum.

"Saya tidak yakin apakah polisi rasis itu benar. Anggap saja mereka memiliki sikap. Anak-anak di sekitar sini semuanya mendapat perlakuan kasar, seringkali karena mereka melakukan sesuatu yang bodoh, tentu saja.” Ucap seorang Inspektur Pajak di Nanterre, Cyril pada 29 Juni 2023 lalu.

Namun, terlepas dari apakah tindakan polisi tersebut merupakan wujud rasisme atau penegakkan hukum, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menganggap bahwa peristiwa ini tidak dapat dibenarkan.

“Tidak ada yang menjustifikasi kematian seorang anak” Ujar Macron.

Jean-Luc Mélenchon, mantan anggota majelis nasional Prancis juga menyatakan bela sungkawanya terhadap Nahel pada cuitan twitternya pada 28 Juni 2023

“Hukuman mati sudah tidak ada lagi di Prancis. Tidak ada polisi yang berhak membunuh kecuali untuk membela diri. Jika itu adalah penolakan untuk mematuhi pencemar atau imigran pajak, kami tidak akan mengajukan pertanyaan. Kami telah melipatgandakan peringatan. Kekuatan polisi yang tidak terkendali ini mendiskreditkan otoritas negara. Itu perlu dirombak total. Belasungkawa untuk keluarga.”

Sementara itu, saat ini polisi yang menembak Nahel ditahan atas tuduhan pembunuhan.

Penulis : Anisa Eka

Editor : Vellanda Aprilia Hardian


TAG#demokrasi  #demonstrasi  #kerakyatan  #