Artikel ini dipublikasikan secara fisik dalam pamflet Retorika.
Retorika.id - Senioritas merupakan budaya yang telah lama mengakar di berbagai instansi, tidak terkecuali di perguruan tinggi. Menurut KBBI, senioritas adalah keadaan yang lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia. Di perguruan tinggi, senioritas umumnya dilakukan oleh mahasiswa tingkat yang lebih tinggi kepada mahasiswa tingkat yang lebih rendah. Para kating (kakak tingkat) umumnya menekan para adik tingkatnya untuk melakukan hal sesuai keinginannya demi merasa dihormati. Tak hanya tingkatan, jabatan dan pengalaman juga mempengaruhi seseorang untuk melakukan senioritas ini.
Topik mengenai senioritas sendiri telah ditanggapi oleh Presiden BEM FISIP UNAIR 2023, Aulia Thaariq Akbar pada Live Instagram BEM FISIP UNAIR x XL Future Leaders pada 1 Mei 2023 lalu.
“Karena mahasiswa sekarang itu sudah peka dan tahu bahwa budaya senioritas itu sudah nggak menguntungkan bagi
dirinya.”
Mahasiswa yang lebih akrab dipanggil Atha tersebut juga menambahkan bahwa jajaran ormawa harus berani memotong siklus senioritas yang ada agar tidak terulang lagi.
Tetapi, selain mahasiswa tingkat atas, bagaimana dengan relasi kuasa yang ada di badan ormawa FISIP?
Menurut Atha, keistimewaan kuasa berdasarkan jabatan masih diperlukan dalam tubuh organisasi. Ia meyakini bahwa posisi hierarki anggota dalam sebuah ormawa. Atha menilai relasi kuasa yang demikian dapat lebih menjamin sisi profesionalitas anggota dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Lalu muncul pertanyaan, apakah senioritas benar-benar sudah hilang dari lingkungan FISIP? Apakah relasi kuasa berdasarkan jabatan menjamin orang-orang yang memiliki jabatan benar-benar menjaga profesionalitas kerja? Atau justru melanggengkan sesuatu yang tidak sehat?
Pertanyaan ini masih belum dapat dijawab dengan jawaban iya ataupun tidak. Seharusnya topik ini telah usang dimakan zaman. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa senioritas adalah budaya yang telah mengakar di tubuh masyarakat Indonesia bahkan sebelum kemerdekaan. Tercatat, senioritas telah dilakukan sejak Ika Daigaku didirikan (sekarang menjadi FK UI & FK UNAIR) pada 1943. Sangat sulit untuk menghilangkan suatu kebudayaan yang telah mengakar sejak lama. Apalagi, senioritas di FISIP juga pernah terjadi di berbagai prodi melihat FISIP telah berdiri berpuluh tahun.
Namun, sulit bukan berarti mustahil, senioritas dapat dikurangi. Para kating maupun orang-orang yang memiliki jabatan haruslah mengurangi memberikan tekanan-tekanan kepada para juniornya demi membangun lingkungan kerja yang sehat antar mahasiswa FISIP UNAIR. Bukankah FISIP memegang erat slogan progresif, aktif, humanis? Praktik senioritas jelas menyalahi slogan FISIP yang dibangun oleh FISIP sendiri.
Senioritas akan menuntun pada banyak efek negatif seperti terbentuknya pribadi yang rendah diri dan kurang inisiatif, munculnya siklus balas dendam, dan tersedianya kesempatan kecil bagi para adik tingkat. Oleh karena itu, para mahasiswa FISIP haruslah sadar akan hal-hal buruk yang ditimbulkan jika senioritas dan relasi kuasa yang tidak sehat dilanggengkan. Harapannya, para mahasiswa FISIP segera melakukan aksi nyata untuk memberhentikan tradisi ini.
Percuma FISIP menamai diri sebagai kampus pergerakan kalau sendirinya tidak menjadi progresif dan humanis dengan meninggalkan praktik senioritas yang usang ini.
Penulis : Anisa Eka Febrianti
Editor: Vraza Cecilia
TAG: #akademik #aspirasi #dinamika-kampus #fisip-unair