» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Senioritas dalam Ormawa, Ketua BEM FISIP Unair: Itu Sudah Tidak Relevan Lagi!
05 Mei 2023 | Info Kampus | Dibaca 1041 kali
Senioritas dalam Ormawa, Ketua BEM FISIP Unair: Itu Sudah Tidak Relevan Lagi!: - Foto: Pabelan Online
Fenomena senioritas memang menimbulkan pro kontra dalam berjalannya suatu organisasi, khususnya organisasi mahasiswa (ormawa). Ada yang mengatakan itu perlu untuk meningkatkan kinerja organisasi dan ada yang berkata itu tidak dapat dibenarkan lagi. Lantas, seperti apakah hubungan antara senioritas dengan ormawa dan relevansinya di masa sekarang?

Retorika.id - Kolaborasi BEM Fisip Unair dengan XL Future Leaders dengan membawa topik seputar senioritas cukup ramai dibahas di sosial media melalui platform Instagram. Sebelumnya dalam postingan kolaboratif antara @xlfutureleaders dan @bemfisipunair dengan tema senioritas sebagai penindasan berkedok ego tanpa batas pada Senin (1/5/2023) lalu mendapat komentar beragam. Beberapa menyatakan perlu adanya senioritas dengan alasan peningkatan kinerja organisasi namun ada juga yang menganggap itu sudah tidak relevan lagi.

 

Kolaborasi berlanjut dengan diadakannya siaran langsung Instagram, Sinergi Talk #3 pada Selasa (2/5/2023) dengan Ketua BEM Fisip Unair, Aulia Thaariq Akbar sebagai narasumber. Bahasan masih melingkupi senioritas dengan spesifik menempatkan ormawa sebagai latarnya.


Dalam bincang-bincang tersebut Ketua BEM FISIP Unair yang akrab disapa Atta mengartikan senioritas sebagai perlakuan senior terhadap junior yang bisa dibilang semena-mena. Dari definisi itu, Atta beropini bahwa senioritas di masa sekarang sudah tak lagi relevan.

 

“Budaya sadar tanggung jawab itu nggak harus dengan paksaan. Banyak caranya, cukup diarahkan, jangan sampai melakukan intervensi hingga kekerasan verbal,” ujar Atta.

 

Atta kemudian menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan terciptanya senioritas di tubuh ormawa. Di antaranya seperti pihak-pihak luar ormawa yang ikut mengintervensi dengan niat mencari pengakuan alias validasi meski internal ormawa berusaha menghilangkan budaya itu. Selanjutnya juga terdapat program kerja tahunan yang sudah jadi tradisi meski beberapa sudah tidak relevan. Atta menyimpulkan bahwa senioritas memiliki dampak negatif lebih banyak dibanding dampak positifnya.

 

Atta dengan tegas juga menyampaikan bahwa jajaran ormawa harus berani memotong siklus senioritas yang ada agar tidak terulang lagi. Pola pikir untuk melakukan atau merasakan hal serupa seperti angkatan terdahulu harus dipangkas. Untuk itu, Atta memberikan strategi untuk menjalin hubungan baik antara senior dengan junior melalui penciptaan iklim demokrasi.

 

“Membangun budaya demokrasi. Ketua BEM juga bisa menerima kritik dan evaluasi, teman yang lain juga nggak takut sampein aspirasi, gak didasarkan pada angkatan berapa,” imbuhnya.

 

Profesionalitas dan kekeluargaan berdasarkan komunikasi yang baik juga diperlukan dalam proses mengatur ormawa. Sebagai penutup, Atta menyampaikan bahwa ketika dihadapkan dengan senioritas maka harus dilawan. Bukan menolak tetapi dengan memberi argumen yang menyatakan ketidaksetujuan. Atta juga menekankan untuk berani memutus rantai senioritas jika memang tidak lagi relevan dan bawa perubahan. Terciptanya iklim demokratis serta tidak memberikan ruang atas gap antara senior dengan junior merupakan salah satu caranya.



Penulis: Dewi Rachmawati

Editor : Shafira Brihan

 


TAG#aspirasi  #bem  #dinamika-kampus  #fisip-unair