» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Kilas Balik Produk Jurnalistik di Indonesia Tahun 2021
15 Desember 2021 | Opini | Dibaca 1431 kali
Kilas Balik Produk Jurnalistik di Indonesia tahun 2021: - Foto: depositphotos.com
Bagaimana kerangka berita yang digunakan jurnalis untuk memberitakan berbagai isu maupun kebijakan yang kontroversial sangat penting untuk ditelusuri. Sebab, kerangka berita jurnalis dapat menciptakan proses penalaran dan opini yang berkembang di masyarakat. Dari hal ini, Tim Litbang LPM Retorika berusaha memetakan empat tema meliputi politik, kekerasan dan pelecehan seksual, sosial budaya serta lingkungan dengan berbagai isu penting di dalamnya.

retorika.id-Berdasarkan pengamatan penulis, pembingkaian yang dilakukan oleh media terhadap sesuatu itu sangat bergantung terhadap beberapa hal dan topik yang dibahas. Pembingkaian merupakan proses kognitif yang berisi pesan dan dapat mempengaruhi bagaimana individu menciptakan penilaian terhadap sesuatu isu.

Menyinggung terkait netralitas sebuah media bahwasanya kerap terbentur oleh kepentingan yang ada di media itu sendiri. Selain itu, penilaian subjektif yang dimiliki penulis juga secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh terhadap pembingkaian di media.  Dalam hal ini, Tim Litbang LPM Retorika telah memetakan empat tema besar yang sering diberitakan yakni  isu politik, kekerasan dan pelecehan seksual, sosial budaya dan  lingkungan.

Terkait dengan empat tema yang disebutkan, bahwasanya Tim Litbang berusaha untuk melakukan peninjauan ulang mengenai framing atau model pemberitaan yang dilakukan oleh media-media atau produk jurnalistik terhadap isu-isu tersebut pada tahun 2021. Tim Litbang LPM Retorika melakukan tinjauan ulang terhadap beberapa media jurnalistik seperti Tempo.co, CNNIndonesia.com, Detik.com, Tribunnews.com, narasi newsroom, Tirto.id, dll. Media-media tersebut dipilih karena kredibilitas, bonafit, dan besarnya pengaruh pemberitaan terhadap para pembaca sehingga dimungkinkan untuk memberikan pengaruh terhadap pemikiran, penilaian dan opini pembaca.

 

Membingkai Kasus Kekerasan Seksual di Tahun 2021

Media memiliki peran sentral terhadap pemberitaan kasus kekerasan seksual yang terjadi di sepanjang tahun 2021. Dinamika pembahasan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang ramai dibahas pada awal tahun 2021 telah menempatkan media di titik yang sentral.

Selain isu mengenai RUU PKS, tahun 2021 tidak memberikan perubahan yang masif terhadap cara pemberitaan media. Tim Litbang LPM Retorika memberikan salah satu contoh kasus bunuh diri mahasiswi yang belum lama ini terjadi. Alih-alih menuliskan judul berita yang bermartabat, media seperti Sindonews.com justru menuliskan judul berita Tulis Surat Wasiat, Mahasiswi Cantik Semester Akhir Tewas Gantung Diri karena Asmara.

Penggunaan kata ‘cantik’ dalam judul berita tersebut jelas mengganggu. Pasalnya, alih-alih memberikan rasa prihatin terhadap korban kekerasan seksual, media arus utama cenderung mengeksploitasi kasus kekerasan seksual untuk dijadikan sebuah kontan berita yang menarik. Tidak hanya di Sindonews.com, pemberian judul yang tidak pantas itu juga ditemukan di iNews dengan judul berita Kasus Mahasiswa Bunuh Diri, Ayah Bripda Randy Minta Maaf.

Selanjutnya juga terdapat dalam berita suara.com dengan


judul Terkuak! Orang Tua Novia Widyasari Ternyata Seorang Staf Ahli Wali Kota. Berita ini merupakan salah satu berita yang memberikan gambaran bahwa pemberitaan mengenai kekerasan seksual di media dapat dijadikan sebuah berita yang dieksploitasi dan menghilangkan esensi dari isu yang diangkat.

Tinjauan dari Tim Litbang LPM Retorika menemukan bahwa hanya terdapat sedikit konten berita yang memberikan edukasi dan informasi  terkait kekerasan seksual. Konten edukasi dan informasi terkait kekerasan seksual ini mungkin dapat ditemukan di beberapa media seperti Tirto.id atau media alternatif seperti Magdalene. Sebagai contohnya, tulisan mengenai edukasi kekerasan seksual ini dapat ditemukan di artikel Tirto.id yang berjudul Penyelenggaraan Layanan Korban Kekerasan Seksual: Apa & Bagaimana?

 

Bagaimana Media Membingkai Isu Politik?

Isu mengenai respon pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 masih menjadi isu politik yang dominan menghiasi pemberitaan di media. Penanganan pandemi Covid-19 meliputi banyak hal, termasuk pada pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), vaksinasi, dan kontroversi yang ada di dalamnya.

Dalam tinjauan ulang yang dilakukan oleh Tim Litbang LPM Retorika, dua media seperti CNNIndonesia.com dan Tirto.id cenderung banyak memberikan informasi ‘netral’ terkait dengan Covid-19. Media-media tersebut berusaha untuk menyajikan fakta terkait dengan jumlah penambahan kasus, sebaran kasus, maupun vaksinasi dengan berbasis pada data dan berusaha meluruskan fakta.

Pemberitaan netral media mengenai Covid-19 hampir berbanding terbalik dengan pemberitaan mengenai politik elektoral maupun politik secara general. Tim Litbang LPM Retorika tidak menyangkal bahwa kepentingan media terhadap politik telah mendorong media untuk sulit bersikap netral. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Remotivi (2021) misalnya, media seperti Tempo memiliki semacam favoritisme terhadap Anies Baswedan ketimbang kandidat lain. Hal ini didasarkan pada banyaknya pemberitaan mengenai Anies di media Tempo. Menurut Remotivi, terdapat dua kemungkinan adanya favoritisme ini yaitu antara bias Anies atau bias Jakarta.

Selain itu, Tim Litbang LPM Retorika juga memberikan tinjauan bahwa pemberitaan media-media di Indonesia mengenai politik masih cenderung elitis. Hal ini merujuk pada kecenderungan media untuk memberitakan isu-isu yang berkutat pada konflik yang terjadi di antara elit politik. Selain itu, beberapa media arus utama cenderung hanya menjadi ‘humas’ dari adanya peristiwa politik. Hal ini ditulis oleh Remotivi (2021) dalam artikelnya yang berjudul Jurnalisme Rilis: Praktik Media Rasa Humas.

Remotivi (2021) menilai bahwa tidak banyak media yang mencari informasi tambahan dan hanya mengandalkan informasi satu arah dari pejabat publik atau politikus terkait. Hal ini secara nyata mampu memberikan dampak terhadap tidak adanya ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat di media. Hal ini tentu dapat menurunkan kualitas pemberitaan di media.

 

Bagaimana Media Membingkai Isu Lingkungan, Sosial dan Budaya?

Media massa memegang kendali penting atas berbagai bidang kehidupan manusia termasuk di dalamnya mengenai persoalan ekologi. Media massa berperan penting dalam menyuarakan dan membangun perspektif mengenai lingkungan hidup yang baik. Isu-isu terkait lingkungan hidup memang tidak semoncer berita-berita ranah politik dan ekonomi, sehingga inilah yang menjadi sorotan bagaimana jurnalisme lingkungan  minim akan perannya sebagai corong plasma nutfah yang termarjinalkan dengan banyaknya kasus-kasus kerusakan lingkungan.

Dikutip dari Lukmantoro (dalam Suyanto) melalui tulisannya “Kematian Jurnalisme Lingkungan?” (Suara Pembaruan, 3 Juli 2007 dan dikutip Greenpress, 13 April 2008) yang menurutnya peran media massa masih kurang massif dan peduli dalam pemberitaan soal sorotan isu-isu lingkungan yang kian hari kian mengalami kerusakan dengan berbagai penyebab, utamanya manusia itu sendiri.

Ekspose berita yang disajikan juga masih terfokus pada segi akibat yang bersifat sementara, seperti misalnya berita-berita tahunan mengenai banjir di Jakarta yang bersifat periodik, bencana alam dan gejala-gejala lingkungan alam lainnya tanpa mengetahui akar-akar penyebab yang bersifat kontekstual.

Isu lingkungan yang sempat heboh dan menuai kontroversi di tahun 2021 adalah mengenai proyek Jurassic Park di Taman Nasional Komodo. Tim Litbang Retorika secara ringkas mencoba membandingkan bagaimana bingkai yang dibuat oleh pemberitaan media dengan mengambil contoh pada Narasi Newsroom, Tirto dan Tribunnews.

Narasi dengan pemberitaan melalui videografis memberikan gambaran kritis terhadap pro kontra pembangunan proyek secara multiperspektif. Tirto dengan contoh berita-nya yang berjudul "Nasib Komodo: Rawan Penyelundupan & Digilas Pembangunan Demi Bisnis" memberikan suatu penekanan bahwa terdapat pihak lain yang bermain demi keuntungan segelintir pihak. Pun tidak mengurangi kadar objektivitas dan mencerminkan bagaimana Tirto bersikap tegas terhadap suatu marjinalisasi terhadap lingkungan. 

Sedangkan Tribunnews lebih menyoal pada aspek kehebohan atau viralnya berita yang bisa menarik pembaca melalui judul berita yang dibuat. Seperti pada "Viral Foto Komodo 'Hadang' Truk: BOPLO BF Minta Tak Berasumsi dari Foto, Anggota DPR Ingatkan KLHK", dari judul tersebut lebih menekankan soal persepsi pada foto komodo yang dihadang truk proyek dan menjadi pemicu kontroversial-nya proyek pembangunan tersebut. Namun substansi yang dipaparkan cenderung masih minim dengan hanya berpaku pada tanggapan-tanggapan argumentatif.

Menurut Suyanto, salah satu penyebab dari tidak masifnya jurnalisme lingkungan adalah muatan isu politis di dalamnya. Sehingga terdapat kekuatan pihak berkepentingan untuk memberikan penekanan terhadap media pemberitaan dengan berkedok proyek bersifat ekonomis. Akibat problem ini, awak media jurnalisme kehilangan taring dan independensinya dalam mengungkapkan realita yang ada serta cenderung pada bingkai pemberitaan yang melempem, itu-itu saja. 

Serupa tapi tak sama juga ditemukan pada bidang sosial budaya yang masih terbatas pada romantisasi sosial budaya di Indonesia itu sendiri. Padahal banyak sekali problem yang mendera dan termarjinalisasi. Kemiskinan dan masalah-masalah sosial lain yang masih dalam tataran sorotan deskriptif. Budaya-budaya bangsa yang hanya teromantisir pada kemolekan dan keeksotisan. Padahal, banyak ancaman yang mendera dibaliknya terkait perjuangan eksistensi dan kemaslahatan bersama.

Hasil tinjauan Tim Litbang LPM Retorika menunjukkan bahwa produk jurnalistik di Indonesia selama tahun 2021 belum mengalami banyak perubahan dari tahun sebelumnya; masih banyak media yang tidak memprioritaskan substansi berita dan hanya menghasilkan produk judul berita yang clickbait. Tinjauan dari Tim Litbang LPM Retorika ini tidak dapat menjadi kebenaran yang utuh. Artinya, Tim Litbang LPM Retorika menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tinjauan ini baik dari tidak disajikannya data statistik dan cakupan tinjauan. Oleh sebab itu, tinjauan ini merupakan sebatas pemantik bagi kita semua untuk menjadi bahan diskusi bersama.

 

Penulis: Tim Litbang Retorika

Editor: Dina Marga 

 

 

Referensi :

Lee, N.J, McLeod, D., & Shah, D. (2008). Framing Policy Debates: Issue Dualism, Journalistic Frames, and Opinions on Controversial Policy Issues. Communication Research, 695-718.

Heychael, M., & Wufi, R. N. (2021, 8 27). Bias Anies atau Jakarta? Liputan Calon Kandidat Presiden 2024 di Koran Tempo. Retrieved from Remotivi: https://www.remotivi.or.id/meja-redaksi/703/bias-anies-atau-jakarta-liputan-calon-kandidat-presiden-2024-di-koran-tempo

Rizky, A. (2021, 8 30). Jurnalisme Rilis: Praktik Media Rasa Humas. Retrieved from Remotivi: https://www.remotivi.or.id/di-balik-layar/704/jurnalisme-rilis-praktik-media-rasa-humas


TAG#gagasan  #lpm-retorika  #media-sosial  #