» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Pentingnya Eksistensi Harkitnas di Era Reformasi
03 Desember 2016 | Opini | Dibaca 2100 kali
Jika tidak ada strategi yang dibuat oleh suatu pihak tertentu, maka bisa jadi Harkitnas sepuluh tahun kemudian hanya akan tinggal tanggal. Tidak berarti dan tidak terkenang.

retorika.id - Dalam menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang biasanya diperingati pada tanggal 20 Mei, sudah selayaknya kita sebagai rakyat Indonesia turut berkontribusi baik dalam hal sosial maupun non sosial. Namun, yang terjadi faktanya adalah banyak muda-mudi, melupakan Harkitnas yang jika ditilik pada era-era sebelum reformasi sangatlah berbeda mulai dari euforia yang diciptakan sampai perilaku yang dilakukan.

Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat rasa semangat dan nasionalisme dalam jiwa rakyat Indonesia semakin menurun. Tidak hanya muda-mudi, orang dewasa hingga lansia pun terkadang mengacuhkan eksistensi Harkitnas. Padahal, dengan kita turut memperingatinya, itu berarti kita telah menghargai bentuk perjuangan yang terjadi di masa


lampau oleh para Pahlawan. Terutama pada masa berdirinya organisasi Budi Utomo (BU) tahun 1908.

Awalnya, BU ini bergerak di bidang sosial dan seni budaya saja, namun lambat laun, BU akhirnya menceburkan diri pada politik. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga eksistensi Harkitnas di era reformasi tentu saja membutuhkan strategi jitu. Karena, jika tidak ada strategi yang dibuat oleh suatu pihak tertentu, maka bisa jadi Harkitnas sepuluh tahun kemudian hanya akan tinggal tanggal. Tidak berarti dan tidak terkenang.

Untuk memberantas hal-hal negatif seperti di atas, maka salah satu cara yang harus dibuat untuk menarik partisipasi dari rakyat Indonesia adalah dengan memberlakukannya program kerja (proker) ‘Sehari  Bersama Indonesia’. Proker ini akan melibatkan sistem perekonomian di tanah air. Jadi, dalam sehari pada Harkitnas, setiap warga Indonesia diwajibkan untuk menggunakan, memakai, serta mengonsumsi barang produk dalam negeri. Dengan begini, diharapkan tercipta simbiosis mutualisme antara konsumen dengan produsen pribumi.

Selain itu, dengan mengimplementasikan proker tersebut, pihak institusi terutama pendidikan, juga berperan penting dalam memajukan kualitas sumber daya manusia serta output yang dihasilkan. Karena, sampai kapan pun institusi pendidikan akan berpengaruh pada  situasi kondisi Indonesia saat ini hingga yang akan datang. Dan bagaimana pun juga, pendidikan (sekolah) adalah wadah utama yang nantinya akan membekali anak didiknya untuk dapat bersikap nasionalis, membela negara serta memperjuangkan negara sampai titik darah penghabisan.

Namun, pada dasarnya setiap individu pasti memiliki cara sendiri untuk ikut berkontribusi dalam Harkitnas. Meski hanya dengan mengikuti upacara yang diwajibkan oleh pihak tertentu, itu sudah termasuk ikut mengharumkan nama pahlawan yang gugur di medan perang. Karena setidaknya sudah ada tindakan yang dilakukan daripada berdiam diri sambil memasang wajah masa bodoh.

Jadi, apa pun kegiatan yang kita lakukan di Harkitnas asal hati kita tulus melakukan demi negara tercinta, maka hasil yang akan diperoleh akan terasa merata bagi semua pihak (pemerintah dan warga sipil). Dengan begitu, permasalahan yang ada dapat diminimalisir dengan adanya rasa kepedulian antar sesama, dan juga rasa kesatuan yang utuh.(Red)

-Ilmalana Dewi-


TAG#aspirasi  #demokrasi  #gagasan  #lingkungan