» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Pop Culture
Resensi Film “Tanah Surga Katanya”
28 Maret 2017 | Pop Culture | Dibaca 49673 kali
Menengok Kehidupan di Perbatasan: - Foto: themovieidb

Judul film                    : Tanah Surga Katanya

Sutradara                     : Herwin Novianto

Produksi                      : PT. Demigesela Cita Sinema & PT. Gatot Brajamusti Films

Tayang Perdana         : 11 Agustus 2012

Durasi                          : 90 menit

retorika.id - Film Tanah Surga Katanya adalah sebuah film yang menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang tinggal di perbatasan Indonesia dan


Malaysia.

 

Plot

Suatu hari Haris (Ence bagus) pulang merantau dari Serawak- Malaysia. Haris adalah seorang duda yang memiliki dua anak yaitu Salman (Aji Santoso) dan Salina (Salina Biani Azzahra) yang dititipkan kepada ayahnya (Fuad Idris) yang seorang pejuang yang pernah berperang di tahun 1965 melawan Malaysia. Haris berbincang-bincang dengan sang ayah tentang Malaysia yang makmur. Ia lalu mengajak sang ayah untuk pindah ke Malaysia dengan alasan kondisi disana lebih baik, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang mudah diakses, serta lowongan pekerjaan lebih banyak daripada tetap tinggal di pelosok Kalimantan yang segala fasilitasnya sangat-sangat minim.

Tetapi sang ayah memilih tetap tinggal, karena Indonesia adalah tanah surga dibandingkan dengan Malaysia. Meskipun Haris tidak berhasil mengajak sang ayah, tapi Haris berhasil mengajak Salina untuk pindah ke Malaysia. Sedangkan Salman memilih tetap tinggal bersama kakek.

 

Persoalan Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan di sana pernah vakum selama satu tahun. Lalu mulai ada kegiatan belajar-mengajar setelah Bu Astuti (Astri Nurdin) ditugaskan disana. Bu Astuti satu-satunya guru yang mengajar di sekolah. Dia memiliki wajah yang cantik. Dia baru mengajar dua bulan di sekolah. Dia mengajar kelas 3 dan 4. Bu Astuti juga ditemani seorang dokter muda, namanya Anwar (Ringgo Agus Rahman), akrab dipanggil dokter intel.

Seiring berjalannya waktu, penyakit jantung kakek Salman semakin parah. Keadaan ekonomi yang sulit membuat Salman harus bekerja demi mendapatkan uang 400 ringgit untuk pengobatan ke rumah sakit. Salman harus merelakan waktu bermainnya untuk bekerja.

Pada suatu sore, setelah Salman bekerja dan mendapatkan upah, dia membeli dua sarung untuk kakeknya. Saat di perjalanan pulang dia melihat seorang pedagang yang menggunakan bendera merah putih untuk menutupi dagangannya. Salman lalu menghampiri pedagang tadi dan meminta menukarkan kain merah putih tadi dengan sarung yang tadi dibeli. Sesampainya dirumah penyakit kakek kambuh dan semakin parah. Akhirnya dokter Anwar, Bu Astuti dan Salman membawa kakek ke rumah sakit Malaysia melalui danau. Bersamaan dengan itu Haris sedang menonton pertandingan bola antara Indonesia dan Malaysia. Haris lalu menelpon Salman mengabarkan bahwa Malaysia menang, saat itu juga Salman menyuruh ayahnya untuk pulang karena kakek sudah meninggal.

 

Kelemahan dan Kelebihan Film

Kelemahan :

  • Kurang mengeksplore keindahan alam di desa kecil perbatasan
  • Endingnya yang kurang menarik

 Kelebihan :

  • Ceritanya apik sebagai kritikan sosial kepada pemerintah untuk lebih memprihatikan lagi daerah-daerah pelosok


TAG#film  #kisah  #pemerintahan  #review