» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Inspirasi
Belajar dari Sosok Soetandyo Wignjosoebroto
16 Desember 2020 | Inspirasi | Dibaca 3466 kali
Belajar dari Sosok Soetandyo Wignjosoebroto: - Foto: TEMPO.COM
Di kalangan FISIP Unair siapa yang tidak mengenal nama Soetandyo Wignjosoebroto. Ya, beliaulah pendiri kampus Oranye ini pada tahun 1977. Tidak hanya mengenal sosok beliau sebagai “Pendiri FISIP Unair” semata tetapi kita bisa mengenal sosok yang juga dekan pertama FISIP ini lebih jauh secara intelektual maupun kepribadiannya melalui sosok-sosok yang pernah dekat dan berinteraksi erat dengannya.

retorika.id-Soetandyo Wignjosoebroto merupakan pendiri kampus Oranye pada tahun 1977. Soetandyo Wignjosoebroto yang menghembuskan nafas terakhirnya pada 2 September 2013 lalu, tidak menjadikan nama maupun spiritnya luntur mengikuti kepergiannya. Namanya diabadikan menjadi sebuah nama Aula di lantai 3 gedung C FISIP Unair.   

Tidak hanya mengenal sosoknya sebagai “Pendiri FISIP Unair” semata tetapi kita bisa mengenal sosok yang juga dekan pertama FISIP ini lebih jauh secara intelektual maupun kepribadiannya melalui sosok-sosok yang pernah dekat dan berinteraksi erat dengannya.

Kesan Dosen FISIP Unair Mengenal Sosok Soetandyo

Bagong Suyanto merupakan salah satu Dosen Sosiologi FISIP yang menaruh rasa hormat dan kenangan mendalam pada sosok Soetandyo. Ia  pernah menjadi asistennya saat menjadi dosen pertama kali sehingga memahami betul sosok yang akrab ia sapa Pak Tandyo ini.

Pada Retorika (11/12), Bagong Suyanto secara antusias memberikan pemaparan mengenai semangat kelimuan Soetandyo Wignjosoebroto yang menginginkan ilmu itu harus bisa saling menyapa dan melengkapi satu sama lain dan tidak terspesialisasikan khususnya pada ilmu sosial.

“Pak Tandyo ini orang yang tahu, ketika ilmu itu dispesialisasikan atau dikotak-kotakkan ternyata tidak membuat ilmu itu bisa menjelaskan realitas dengan baik. Jadi Pak Tandyo itu orang yang multiperspektif, punya cara pandang yang sangat berbeda-beda tapi saling melengkapi satu sama lain,”ujar Bagong Suyanto saat dihubungi via telepon WhatsApp.

Lebih lanjut, ia menjelaskan atas dasar semangat keilmuannya itulah yang turut melatarbelakangi Soetandyo Wignjosoebroto menggagas pendirian FISIP Unair yang dikenal juga sebagai kampus pergerakan.  

Filosofi-filosofi kehidupan yang sering diwejangkan pada Bagong Suyanto juga turut menjadi motivasi di hidupnya.

“Pak Tandyo itu sering mengatakan he Bagong! jangan kayak pitik, pitik (ayam) maksudnya orang yang berebut rezeki itu didalam, kalau mau cari rezeki juga harus diluar. Jadi Pak Tandyo itu


mendorong orang untuk berkiprah diluar, tidak hanya berebut didalam. Itu adalah semangat Pak Tandyo sejak awal,” tuturnya.

Pinky Septandari, Dosen Antropologi FISIP Unair  yang merupakan salah satu alumnus FISIP Unair, mengenal sosok Soetandyo melalui pengajarannya.

Kepada Retorika (12/12), ia menyampaikan pelajaran yang didapat dari sosok Soetandyo yang bisa dijadikan inspirasi mahasiswa FISIP Unair hingga kini.

"Semangat dan nilai-nilai pluralisme, egaliter, liberal, serta nilai-nilai kemanusiaan. Siap berdiskusi dan berbagi ilmu kepada siapa saja dan di mana saja,”ujar Pinky Septandari.

Belajar Dimanapun, Kapanpun

Soetandyo memiliki prestasi gemilang semasa kuliah di FH UGM cabang Surabaya yang kemudian menjadi FH Unair. Ia menjadi incaran para dosen untuk dijadikan asistennya.

Sebelum lulus sarjana ia melanjutkan studinya ke University Of Michigan, Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat untuk belajar mengenai Goverment Studies and Public Administration. Dari Universitas bergengsi ini, ia memperoleh gelar MPA tanpa pernah menyandang gelar sarjana hukum. 

“Pak Tandyo itu merupakan mahasiswa FH yang waktu itu dikenal paling cemerlang paling pinter sehingga sebelum lulus itu sudah dibawa oleh salah satu profesor ke Amerika untuk kuliah di universitas yang bergengsi di Michigan,”papar Bagong.

Dari sosok Soetandyo yang begitu cemerlang, Bagong Suyanto banyak menerima pelajaran berharga mengenai ‘belajar’ yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

“Pak Tandyo itu kemana-mana bawa buku kecil gitu, apa-apa itu dicatat. Pak tandyo itu orang yang terus belajar seumur hidupnya, itu yang saya kagumi dari Pak Tandyo,” ujar Dosen Sosiologi ini yang opininya sering dimuat di media cetak Jawa Pos.

Waktu Adalah Hal yang Berharga

Manunggal K. Wardaya yang merupakan keponakan dari Soetandyo menuliskan memoriam “Soetandyo Wignjosobroto: Mahaguru yang Saya Kenal” di blog pribadinya agar nilai-nilai dan pemikiran dari pamannya ini dapat diselami oleh para pembaca.

Dari tulisannya di manunggalkusumawrdhaya.wordpress.com tersebut ia menceritakan bagaimana Seorang Soetandyo yang tetap bekerja walau sudah pensiun bahkan jadwalnya semakin padat, disibukkan dengan kegiatan akademik di penjuru tanah air seperti mengisi seminar, diskusi, mengajar, membimbing, menguji disertasi dsb.

Diceritakan juga pada blog tersebut bahwa Soetandyo adalah orang yang memanfaatkan waktu dengan baik agar tetap produktif. Walaupun ada acara keluarga ataupun dalam perjalanan pulang di suatu acara, Soetandyo menyempatkan untuk terus bekerja seperti mengetik makalah dan sebagainya.

Sosok Pembela Wong Cilik

Soetandyo yang lahir pada 19 November 1932 ini merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dibuktikan dengan kiprahnya  menjadi anggota KOMNAS HAM selama dua periode kepengurusan yakni pada tahun 1993-2002.

Ia pernah turut andil dalam pembelaan komunitas becak yang akan digusur di suatu kawasan, penyelesaian kasus Lumpur Lapindo, dan menjadi saksi ahli dalam sejumlah sidang kasus perlawanan warga kota melalui jalur hukum seperti yang dilansir di antaranews.com.

“Kalau diuji dengan undang-undang, ya masyarakat kecil akan jelas kalah, karena mereka enggak mungkin bisa masuk peradilan, jadi social justice (pembelaan di luar pengadilan) itu penting buat mereka dari pada legal justice (pembelaan di peradilan,” ungkap Soetandyo saat membela kaum lemah di peradilan seperti yang dikutip di antaranews.com.

Soetandyo bahkan pernah mengizinkan pedagang kaki lima yang kena imbas gusur untuk mangkal di sekitar kediaman rumah dinasnya di Jl. Dharmawangsa, Surabaya.

“Jadi ketika dulu krismon pak Tandyo itu membuka rumahnya, mengizinkan PKL dagang disana, di depan rumah dinasnya Jl. Dharmawangsa,”ujar Bagong Suyanto saat dikonfrmasi.

Atas dedikasinya yang luar biasa itu yang bukan hanya di dunia akademik melainkan dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan, layak bagi Soetandyo memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien Award pada tahun 2011. Penghargaan yang ditujukan pada orang-orang yang berjasa besar dalam upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia.

Sosok yang Sederhana di Tengah Intelektualnya yang Kaya

Manunggal K. Wardaya sebagai keponakan mengenal Soetandyo sebagai seorang yang sederhana di balik pemikirannya yang brilian.

“Ia tak mengenakan aksesoris apapun seperti aneka batu atau jam tangan yang berganti-ganti, pakaian maupun sepatu yang mengkilat mahal sebagaimana gaya hidup yang kerap saya saksikan menghinggapi sebagian insan akademik di tanah air manakala telah mencapai level tertentu dalam karir,”tulis Manunggal di dalam memoarnya tentang Soetandyo di laman blog pribadinya.

Pun demikian Pinky Septandary yang menilai sosok Soetandyo kaya dalam pemikiran yang sarat akan nilai-nilai pluralisme.

“Pak Tandyo itu sosok yang unik, sederhana dalam penampilan, tapi kaya dalam pemikiran yang sarat dengan nilai-nilai pluralisme. Sebagai mahasiswa Angkatan pertama dan menjadi dosen bisa merasakan spirit Soetandyo mewarnai pilihan mata kuliah dan metode belajar di FISIP Unair,”terang Pinky melalui chat WhatsApp.

 

 

 

Penulis: Uyun Lissa Fauzia

 

Referensi

Antaranews. 2013. Perginya Sang Guru HAM, Prof. Soetandyo. Tersedia di https://www.antaranews.com/berita/393618/perginya-sang-guru-ham-prof-soetandyo, diakses pada 12 Desember 2020.

Suyanto, Bagong. 11 Desember 2020. Wawancara mengenai Sosok Soetandyo Wignjosoebroto melalui telepon whatsapp.

Septandari, Pinky. 12 Desember 2020. Wawancara mengenai pelajaran dan nilai dari Sosok Soetandyo Wignjosoebroto melalui chat whatsapp.

Wardhaya, Manunggal K. 2014 Soetandyo Wignjosoebroto: Mahaguru yang Saya Kenal. Tersedia di https://manunggalkusumawardaya.wordpress.com/2015/04/03/soetandyo-wignjosoebroto-mahaguru-yang-saya-kenal/, diakses pada 12 Desember 2020.


TAG#fisip-unair  #kisah  #sejarah  #